Histats

Tuesday 30 September 2014

Tausiyah KH Muhammad Bakhiet

AL ISLAH BERDAMAI

Friday 26 September 2014

QURBAN DI DALAM ISLAM

I.          Pengertian

Qurban bahasa arabnya adalah  الأضحية (al-udhiyah) diambil dari kata أَضْحَى (adh-ha).
 Makna أَضْحَى (adh-ha) adalah permulaan siang setelah terbitnya matahari dan dhuha yang selama ini sering kita gunakan untuk sebuah nama sholat, yaitu sholat dhuha  di saat  terbitnya matahari hingga menjadi putih cemerlang.

Adapun  الأضحية (al-udhiyah / qurban) menurut syariat adalah sesuatu yang disembelih dari binatang ternak yang berupa unta, sapi dan kambing untuk mendekatkan diri kepada Allah yang disembelih pada hari raya Idul Adha dan Hari Tasyrik. Hari Tasyrik  adalah hari ke 11, 12, dan 13 Dzulhijah.

كُلُّ أَيَّامِ التَّشْرِيقِ ذَبْحٌ   (رواه الدارقطنى و البيهقى(

“Semua hari-hari Tasyriq adalah (waktu) menyembelih qurban” (HR. Ad-Daruquthni dan Al Baihaqi didalam As-Sunanul Kubro)

II.        Hukum Qurban

Hukum menyembelih qurban menurut madzhab Imam Syafi’i dan jumhur Ulama adalah sunnah yang sangat diharap dan dikukuhkan. Ibadah Qurban adalah termasuk syiar agama dan yang memupuk makna kasih sayang dan peduli kepada sesama yang harus digalakkan.

 Dan sunnah disini ada 2 macam :
1.         Sunnah ‘Ainiyah, yaitu : Sunnah yang dilakukan oleh setiap orang yang mampu.
2.         Sunnah Kifayah, yaitu :  Disunnahkan dilakukan  oleh sebuah keluarga dengan menyembelih 1 ekor atau  2 ekor untuk semua keluarga yang ada di dalam rumah.

Hukum Qurban menurut Imam Abu Hanifah adalah wajib bagi yang mampu. Perintah  qurban datang pada tahun ke-2 (dua) Hijriyah. Adapun qurban bagi Nabi Muhammad SAW adalah wajib, dan ini adalah hukum khusus bagi beliau.

Kapan qurban menjadi wajib dalam madzhab Imam Syafi’i dan jumhur Ulama?

 Qurban akan menjadi wajib dengan 2 hal :

1.         Dengan bernadzar, seperti : Seseorang berkata : “Aku wajibkan atasku qurban tahun ini.” Atau “Aku bernadzar qurban tahun ini.” Maka saat itu qurban menjadi wajib bagi orang tersebut.
2.         Dengan menentukan, maksudnya : Jika seseorang mempunyai seekor kambing lalu berkata : “Kambing ini aku pastikan menjadi qurban.” Maka saat itu qurban dengan kambing tersebut adalah wajib.
Dalam hal ini sangat berbeda dengan ungkapan seseorang  : “Aku mau berqurban dengan kambing ini. “ Maka dengan ungkapan ini tidak akan menjadi wajib karena dia belum memastikan dan menentukan. Dan sangat berbeda dengan kalimat yang sebelumnya, yaitu “Aku jadikan kambing ini kambing qurban.”

Dan mohon diperhatikan hal ini, karena hal ini sangat penting.


III.       Waktu Menyembelih Qurban

Waktu menyemblih qurban  itu diperkirakan dimulai dari  : Setelah terbitnya matahari di hari raya  qurban dan setelah selesai 2 roka’at  sholat hari raya idul adha ringan dan 2 khutbah ringan (mulai matahari terbit + 2 rokaat + 2 khutbah), maka tibalah waktu untuk menyemblih qurban.  Bagi yang tidak melakukan sholat hari raya ia harus  memperkirakan dengan perkiraan tersebut atau menunggu selesainya  sholat  dan khutbah dari masjid yang ada di daerah tersebut atau sekitarnya. Dan waktu menyembelih qurban berakhir saat terbenamnya matahari di hari tasyrik tanggal 13 Dzulhijjah.

Sebaik-baik waktu menyembelih qurban adalah  setelah sholat dan khutbah hari Idul Adha.

عَنِ البَرَاءِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ ذَبَحَ بَعْدَ الصَّلاَةِ تَمَّ نُسُكُهُ، وَأَصَابَ سُنَّةَ المُسْلِمِينَ  (رواه البخارى : 5545(
Dari Barra’ bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
“Barangsiapa menyembelih hewan kurban setelah shalat Idul Adha, maka sembelihannya telah sempurna dan ia sesuai dengan sunnah kaum muslimin.”
(HR. Bukhari no. 5545)

Catatan penting :
Jika seseorang menyembelih sebelum waktunya, atau sudah kelewat waktunya, misalnya : menyembelih di malam hari raya raya idul adha atau menyembelih setelah terbenamnya matahari tanggal 13 hari tasryik maka semblihan itu tidak menjadi qurban dan menjadi  sedekah biasa. Maka hendaknya bagi panitia qurban untuk memperhatikan masalah ini.

عَنِ البَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ أَوَّلَ مَا نَبْدَأُ فِي يَوْمِنَا هَذَا أَنْ نُصَلِّيَ، ثُمَّ نَرْجِعَ فَنَنْحَرَ، فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ أَصَابَ سُنَّتَنَا، وَمَنْ نَحَرَ قَبْلَ الصَّلاَةِ فَإِنَّمَا هُوَ لَحْمٌ قَدَّمَهُ لِأَهْلِهِ، لَيْسَ مِنَ النُّسْكِ فِي شَيْءٍ    (رواه البخارى : 965 (

Dari Barra’ bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Sesungguhnya hal pertama yang kita mulai pada hari ini adalah kita melaksanakan shalat (Idul Adha), kemudian kita pulang dan menyembelih. Barangsiapa melakukan hal itu niscaya ia telah sesuai dengan as-sunnah. Adapun barangsiapa menyembelih hewan sebelum shalat Idul Adha, maka sembelihannya tersebut adalah daging yang ia berikan untuk keluarganya, bukan termasuk daging hewan kurban (untuk mendekatkan diri kepada Allah).”
(HR. Bukhari no. 965)

IV.       Syarat Orang Yang Berqurban

1.         Seorang muslim / muslimah
2.         Usia baligh

Baligh ada 3 tanda, yaitu :
a.          Keluar mani (bagi anak laki-laki dan perempuan) pada  usia 9 tahun hijriah.
b.         Keluar darah haid usia 9 tahun hijriah (bagi anak perempuan)
c.         Jika tidak keluar mani dan tidak haid maka di tunggu hingga umur 15 tahun. Dan jika sudah genap 15 tahun maka ia telah baligh dengan usia yaitu usia 15 tahun

Dan jika ada anak yang belum baligh maka tidak diminta untuk melakukan kurban, akan tetapi sunnah bagi walinya untuk berqurban atas nama anak tersebut.

3.         Berakal , maka orang gila tidak diminta untuk melakukan kurban, akan tetapi sunnah bagi walinya untuk berqurban atas nama orang gila tersebut.
4.         Mampu
Mampu disini adalah punya kelebihan dari makanan pokok, pakaian dan tempat tinggal untuk dirinya dan keluarganya di hari raya Idul Adha dan hari Tasyrik.

Maka bagi siapapun yang memenuhi syarat-syarat tersebut, sunnah baginya untuk melakukan ibadah qurban.

V.        Macam-Macam Binatang Yang Boleh Dijadikan Qurban

1.         Unta, diperkiraan umurnya 5 – 6 tahun.
2.         Sapi, atau kerbau diperkirakan umurnya2 tahun ke atas.
3.         Kambing / doba dengan bermacam- macam jenisnya, diperkirakan umurnya 1- 2 tahun.

VI.       Himbauan Pemilihan Bintang Qurban

Dihimbau ( tapi tidak wajib) :
-          Gemuk dan Sehat, dengan warna apapun.

VII.     Sifat-sifat Binatang yang Tidak Boleh Dijadikan Qurban

1.         Bermata sebelah / buta
2.         Pincang yang sangat
3.         Yang amat kurus, karena penyakit.
4.         Berpenyakit yang parah

وَعَنِ اَلْبَرَاءِ بنِ عَازِبٍ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَامَ فِينَا رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - فَقَالَ: - "أَرْبَعٌ لَا تَجُوزُ فِي اَلضَّحَايَا: اَلْعَوْرَاءُ اَلْبَيِّنُ عَوَرُهَا, وَالْمَرِيضَةُ اَلْبَيِّنُ مَرَضُهَا, وَالْعَرْجَاءُ اَلْبَيِّنُ ظَلْعُهَ وَالْكَسِيرَةُ اَلَّتِي لَا تُنْقِي"  ( رَوَاهُ اَلْخَمْسَة. وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ, وَابْنُ حِبَّان (

Dari Al Bara' bin 'Azib radhiyallahu 'anhuma, ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berdiri di tengah-tengah kami dan berkata, "Ada empat cacat yang tidak dibolehkan pada hewan kurban: (1) buta sebelah dan jelas sekali kebutaannya, (2) sakit dan tampak jelas sakitnya, (3) pincang dan tampak jelas pincangnya, (4) sangat kurus sampai-sampai seolah tidak berdaging dan bersum-sum.”
( Dikeluarkan oleh yang lima (empat penulis kitab sunan ditambah dengan Imam Ahmad). Dishahihkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Hibban )

Keterangan :
Boleh berqurban dengan kambing / sapi/ unta BETINA.
Harap diperhatikan : Banyak masyarakat yang menganggap bahwa qurban dengan sapi /kambing /unta betina adalah tidak sah.

VIII.    Kesunahan Dalam Menyembelih Qurban 

1.         Dalam keadaan bersuci
2.         Menghadap qiblat
3.         Membaca :

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ....
 “بِسْمِ اللهِ، واللهُ أَكْبَرُ، اللهُمَّ مِنْكَ، وَلَكَ....

Dan setelah itu berdoa : 
اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنِّى ....

Kalau untuk mewakili nama orang  :
اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ (disebut namanya) ....

4.         Kesunnahan lain saat menyembelih qurban,  hendaknya : Mulai awal bulan Dzulhijah tanggal 1 hingga saat menyembelih qurban agar tidak memotong / mencabut rambut atau kukunya, seperti  yang disabdakan Nabi SAW :

إِذَا رَأَيْتُمْ هِلاَلَ ذِى الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّىَ فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ  (رواه مسلم(

“Jika masuk bulan Dzulhijah dan salah seorang dari kalian ingin menyembelih qurban, maka hendaklah ia tidak memotong sedikitpun dari rambut dan kukunya.”  (H.R. Muslim)

5.         Jika bisa, menyembelih sendiri bagi yang mampu.
6.         Mempertajam kembali pisaunya
7.         Mempercepat cara penyembelihan
8.         Membaca Bismillah dan Takbir (seperti yang telah disebutkan) sebelum membaca doa.
9.         Di depan warga, agar semakin banyak yang mendo’akannya.
10.       Untuk qurban yang sunnah (bukan nadzar) disunnahkan bagi yang nadzar untuk mengambil bagian  dari daging qurban biarpun hanya sedikit.

IX.      Cara Membagi  Daging Qurban

-          Jika qurban wajib karena nadzar : Maka semua dari daging qurban harus dibagikan kepada fakir miskin. Dan jika orang yang berqurban atau orang yang wajib dinafkahinya ikut makan, maka wajib baginya untuk menggantinya sesuai dengan yang dimakannya.

-          Adapun jika qurban sunnah : Maka tidak disyaratkan sesuatu apapun dalam pembagiannya, asalkan ada bagian uintuk orang fakir miskin, seberapaun bagian tersebut. Dan dianjurkan untuk bisa membagi menjadi 3 bagian. 1/3 untuk keluarga, 1/3 untuk dihidangkan tamu, 1/3 untuk dibagikan kepada fakir miskin. Dan semakin banyak yang dikeluarkan tentu semakin besar pahalanya.

X.        Hukum Menjual Daging Qurban

Hukum menjual daging  qurban adalah harom sebelum dibagikan. Adapun  jika daging qurban sudah dibagi dan diterima, maka bagi si fakir yang menerima daging tersebut boleh menjualnya dan juga boleh menyimpannya.  Begitu juga kulitnya, tidak diperkenankan untuk dijual atau dijadikan upah bagi yang menyembelih, akan tetapi bagi seorang tukang sembelih boleh menerima kulit  serta daging qurban sebagai bagian haknya  akan tetapi tidak boleh daging dan kulit tersebut dijadikan upah.

Wallahu a’lam bisshowab. BUYA YAHYA

Saturday 20 September 2014

Hukum Mengulang Sholat Jum'at Dengan Sholat Dzuhur

Assalamua'laikum WR. WB.
Buya yahya yang saya hormati, di kampung saya ada kebiasaan Shalat dhuhur yang dilaksanakan setelah Shalat Jum'at yang ingin saya tanyakan, Apakah itu termasuk dalam Syariat Islam atau bukan?

Mohon penjelasannya Buya yahya

Wassalamu 'Alaikum WR. WB.
Di dalam menjalankan ibadah harus ada tuntunannya agar ibadah itu diterima oleh Allah SWT, dan tuntunan tersebut adalah kitab Allah dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dan untuk memahami kitab Allah dan Sunnah Nabi kita harus kembali kepada Ulama yang mereka adalah orang-orang yang lebih tahu tentang Al-Qur’an dan hadist nabi Muhammad saw. Penjelasan para ulama tersebut termaktub di dalam kitab-kitab yang sangat mudah bagi kita untuk mengambilnya. Khusus masyarakat Indonesia mereka adalah umat yang terbiasa mengikuti ulama yang bermadzhab Syafi'i yang pemikiran mereka tertuang dalam kitab fiqih-fiqih Syafi'i.

Maka dalam hal ibadahpun semestinya kita harus kembali pada kitab-kitab tsb, kalau kita cermati dari pertanyaan diatas mengulang Shalat jum'at dengan Shalat dhuhur adalah tidak dibenarkan kecuali Jika keabsahan Shalat jum'at tersebut diragukan atau diperselisihkan oleh para ulama. Itulah kebiasaan para ulama terdahulu untuk mengambil sikap berhati-hati yaitu dengan mengulang Shalat jum'at dengan Shalat dzuhur. Misalnya disaat rukun khotbah tidak terpenuhi atau Shalat jum'at dilaksanakan dengan tidak memenuhi syarat menurut sebagian madzhab seperti jika kita yang ber Madzhab syafii melakukan Shalat jumat dengan bilangan yang ragu kepastianya sudah mencapi 40 orang dari penghuni tetap daerah tersebut atau belum mencapai maka di saat seperti ini kita di himbau bahkan sebagian ulama mewajibkan kita untuk mengulang dengan Shalat Dzuhur.
Hal semacam ini dilakukan para ulama untuk keluar dari khilaf .
Akan tetapi jika Shalat jum'at telah terpenuhi syarat keabsahannya maka tidak perlu bahkan tidak boleh kita untuk mengulang Shalat jum'at dengan Shalat dzuhur bahkan lebih dari itu hal ini menjadi dosa dan merepotkan orang awam yang sangat tidak sesuai dengan kemudahan syariat Islam. Sebaiknya yang biasa melakukanya segera meninjau kembali secara ilmiyah jangan sampai melakukan sesuatu yang salah di duga ada pahalanya ternyata justru dosa. Kita ini memang orang yang bertaqlid akan tetapi kami himbau khususnya kepada para pembimbing dan ustadz dalam bertaqlidpun harus ada wawasan dengan membaca ilmu para ulama melalui kitab-kitab mereka jangan asal ikut-ikutan. Semoga Allah mengmpuni kita semua!!!
Wallahu A'lam Bish-Showab. BUYA YAHYA

Rumus Keberuntungan

Jika anda melihat dan menghayati surat Al Ashr, disitu anda mendapatkan satu penegasan dari Allah SWT bahwa semua manusia berada dalam kerugian dan jauh dari keberuntungan. Dan dalam surat tersebut Allah SWT  juga menjelaskan orang- orang yang selamat  dan terbebaskan dari kerugian  mereka adalah :
  1. Iman
  2. Amal shaleh
  3. Saling mengingatkan akan kebenaran dengan cara yang benar

           Tiga hal tersebut kalau Kita cermati dengan benar dan teliti adalah rumus keberuntungan dan kesuksesan, maka barang siapa yang ingin membuat perubahan. Merubah dari diri yang tidak baik menjadi diri yang lebih baik, merubah keluarga yang tidak baik menjadi  keluarga yang baik, merubah masyarakat yang tidak baik menjadi  masyarakat yang baik.
            Itu adalah tiga kunci yang tidak bisa dipisahkan dalam membuat sebuah perubahan. Kalaupun ada yang mencoba membuat perubahan dengan tidak memenuhi 3 rumus tersebut itu, pastilah yang di dapat adalah perubahan yang pincang yang seolah mencapai suatu tujuan akan tetapi tanpa disadari telah menghancurkan sisi tujuan  yang lainnya
           Yang harus dicermati dan diperhatikan adalah penerapan rumus  keberuntungan yang dihadirkan oleh Allah SWT.  Rumus yang  paling berat adalah  yang pertama disebut oleh Allah SWT yaitu iman, menyusul berikutnya adalah amal shaleh baru setelah itu adalah saling memberi nasehat.
            Saling memberikan nasehat adalah yang paling ringan, artinya begitu mudahnya orang mengingatkan orang lain, menegur orang lain, memberikan wejangan kepada orang lain. Hal itu memang kewajiban bagi siapapun yang mengaku sebagai umat Nabi Muhammad SAW. Sebagai umat terbaik dan  tanda penghargaan serta cinta kepada saudaranya. Akan tetapi semua upaya yang telah dilakukan ini bisa saja tidak ada artinya jika orang tersebut tidak menyertakan rumus berikutnya, rumus yang lebih sulit yaitu amal shaleh. Orang bisa berbicara akan tetapi Ia belum tentu bisa melakukannya, orang bisa mengajar dengan lidahnya akan tetapi belum tentu bisa memberi contoh dengan tingkah lakunya.
           Jika ada mengaku sebagai juru dakwah atau penegak kebenaran yang hanya bisa mengajak kepada kebaikan dan melarang yang buruk akan tetapi tidak mampu menyelesaikan  rumus berikutnya yaitu amal sholeh itu artinya ia masih tergolong sebagai orang yang merugi.
           Dan kegagagalan dalam menyelesaikan rumus yang kedua ini bermacam- macam ada yang pandai berbicara, akan tetapi dia sendiri tidak bisa memberi contoh. Ada yang bisa berbicara kemudian memberi contoh dengan dirirnya sendiri akan tetapi telah gagal menjadikan keluarganya sebagai contoh di masyarakat dan seterusnya.
           Artinya jika orang bisa menyelesaikan kedua rumus tersebut yakni mengajak orang lain dalam kebaikan kemudian dia sendiri memberi contoh untuk yang lainnya maka belumlah cukup jika ia belum menghadirkan rumus selanjutnya yaitu iman dan ini adalah rumus yang paling sulit.

Rumus iman berbunyi ”Menjadikan apa yang ia lakukan dalam sebuah perjuangan menegakkan kebenaran baik dalam dirinya sendiri atau masyarakat. Dan tujuannya hanya karena Allah SWT, bukan mengharap sanjungan masyarakat atau kepentingan yang lain yang sifatnya bukan karena Allah SWT.” Dan hal ini sangat halus tersembunyi di dalam hati dan hanya Allah-lah yang melihat dan menilainya.
           Kesimpulannya adalah jika ingin menjadi orang yang beruntung maka harus ada greget dalam diri sendiri untuk mengajak dalam kebaikan, dan yang mula-mula diajak adalah dirinya sendiri. Kemudian setelah itu mengajak orang lain, yang dimulai dari orang terdekat dari sanak keluarganya lalu tetangga dan masyarakat sekitarnya. Dan selanjutnya menjadikan tujuan dari semua itu adalah hanya mengharap ridha Allah SWT.
           Maka orang yang melihat kemungkaran lalu tidak tergerak hatinya untuk merubahnya yang di ikuti dengan tindakan semampunya, maka itu adalah orang yang merugi.  Dan jika orang yang mengajak orang lain kepada kebaikan akan tetapi ia sendiri melakukan kejahatan maka itu adalah lebih hina dari yang sebelumnya. Dan yang ketiga adalah orang-orang yang berjuang akan tetapi bukan karena Allah SWT akan tetapi  hanya untuk kepentingan dunianya maka orang-orang ini  lebih hina dari yang sebelumnya karena Ia telah menjual agama dan akhiratnya  dengan dunia.
           Mari Kita merenung sejenak !! Dari  golongan  yang manakah kita?

Wallahu a’lam bishshowab. BUYA YAHYA

JAWABAN BUYA YAHYA TENTANG FENOMENA HARKAH / ORMAS DAN MANHAJ DALAM ISLAM

1.      Apa tanggapan Buya melihat fenomena perbedaan harakah/ormas dan mazhab di Indonesia pasca orde baru dan reformasi?

Jawab:
Perbedaan ormas, harokah dan madzhab seharusnya di maknai sebagai perbedaan wadah untukmenghimpun para pejuang-pejuang Islam seperti adanya bermacam-macam lembaga pendidikan agama dan pesantren. Jika yang di perjuangkan benar-benar Islam tanpa dicampuri kepentingan pribadi atau ormas dan pesantren maka perlahan pergerakan dan perjuangan tidak akan merugikan kaum muslimin. Biarpun pesantren jika yang dikedepankan kepentingan sang kiai dan keluarganya maka perjuangannyapun akan berubah menjadi perjuangan bukan untuk Islam. Disinilah awal permasalahan hingga muncul kedengkian, persaingan yang tidak sehat dan saling menjatuhkan. Begitu juga kisahnya tentang ormas dan harokah .

2.      Menurut Buya perkembangannya  makin bagus atau menurun? Bisa dijelaskan?

Jawab;
Di era reformasi ini bersama diumbarnya demokrasi maka semakin rancuh perjuangan ormas dan harokah. Sementara yang harus kita kedepankan adalah syuro. Contoh pemilihan bupati atau wakil rakyat. Bagaimana peran ormas? Siapa calon-calon yang didukung oleh ormas? Apakah dengan kriteria orang-orang yang bakal mampu memimpin atau hanya sekedar yang punya uang yang bakal bisa memberi rupiah ke ormas tersebut? Kami tidak bicara partai tapi ormas. Memang secara langsung sebagian ormas tidak melakukan dukungan kepada calon pemimpin yang bersangkutan akan tetapi munculnya tokoh-tokoh dari ormas sesaat dengan partai ini, sesaat dengan yang lainnya hanya karena mengejar jabatan ini menandakan fungsi ormas tidak berguna lagi bahkan bisa menjadi tunggangan para calon tersebut.

3.      Bukankah konflik antara pemikiran dan mazhab (sebut saja seperti NU dan Muhammadiyah) tidak sekeras diawal-awal tahun 80-an? Berarti itu pertanda perkembangannya cukup bagus?

Jawab;
Konflik NU-MUHAMMADIYAH seharusnya tidak boleh ada karena keduanya adalah wadah untuk fastabiqul  khoirot seperti yang kami sampaikan. Akan tetapi kenyataannya ada jarak antara keduanya, dan kalau kita amati bukan masalah perjuangannya akan tetapi lebih ke  arah beberapa pemikiran yang berbeda antara kedua ormas lalu tidak disikapi sebagai sesuatu perbedaan tidak boleh saling menghujat. Nah redanya konflik NU-MD sebagai ormas saat ini memang terasa reda. Akan tetapi kita harus cermat, redanya konflik ini bukan karena kedua ormas sudah saling memahami perbedaan yang harus dimaklumi. Akan tetapi karena menajamnya konflik yang dulu ada antara NU-MD diangkat oleh sekelompok yang tidak menggunakan baju ormas lagi.  Dan pertentangan mereka sangat parah dan lebih parah, saling membid'ahkan dan mengkafirkan. Sampai ada di antara mereka tidak mau saling berjabat tangan.

4.      Bagaimana agar perbedaan seperti ini menjadi rahmat? Bagaimana caranya?

Jawab:
Kita harus kembali mencontoh perbedaan yang terjadi pada para Ulama terdahulu

5.      Bagaimana perbedaan seperti inidi kalangan ulama salaf? Bisakah memberi contohnya?

Jawab :
Perbedaan di kalangan para Ulama salaf tidak akan menjadikan mereka bemusuhan, karena mereka menyikapi perbedaan tersebut dengan hati yang rindu kebenaran. Setelah mereka menata hati mereka, baru mereka memasuki langkah yang selanjutnya yaitu mendiskusikan permasalahan mereka tersebut di kalangan mereka sendiri, tanpa melibatkan orang awam atau memprovokasi orang awam untuk menjadi pendukungnya.  Dan permasalahan kita saat ini adalah sebagian Ustadz sempit pandang lalu berperan seperti para Mujtahidin sehingga menemukan sebuah kebenaran dalam masalah khilafiyah lalu mengklaim dirinya yang paling benar kemudian menuduh oran lain dengan tuduhan sesat, bid’ah bahkan syirik. Kemudian lebih dari itu mereka melibatkan orang-orang awam di dalam perbedaan pendapat. Dan akhirnya semakin rancuhlah pemasalahan.

  1. Apakah fenomena perbedaan mazhab di jaman salafus shalih seperti sekeras sekarang ini?

Jawab :
Tadi sudah kami jelaskan, perbedaan di kalangan ulama salaf  saat ini tidak ada kekerasan dalam berbeda  pendapat. Imam Malik berbeda dengan muridnya,  Imam Syafi’i. Imam Syafi’i berbeda dengan muridnya, Imam Ahmad. Dan mereka baik-baik saja bahkan mereka saling mendo’akan di saat mereka berpisah.  Bahkan Imam Ahmad bin Hanbal berbeda dengan gurunya dalam banyak masalah akan tetapi hubungan mereka tetap baik bahkan Imam Ahmad bin Hanbal berkata : “ Semenjak aku kenal dengan guruku Imam Syafii maka aku tidak melaksanakan sholat 2 rokaat kecuali aku mendo’akan beliau.  Lihat, itulah keindahan mereka biarpun berbeda pendapat. Bukan menghujat,menggunjing dan seterusnya.

7.      Bagaimana agar fenomen lahirnya banyak gerakan/ormas/mazhab bisa justru memperkuat umat?

Jawab :
Kembali kepada apa yang kami sampaikan tadi, bahwa di saat perbedaan itu berangkat dari hawa nafsu bukan dari kerinduan untuk mencari kebenaran, kemudian setelah itu dalam menyelesaikan perbedaan pendapat  tersebut bukan dengan mendiskusikan kepada ahlinya, akan tetapi justru dengan memprovokasi orang awam, mengklaim dirinya yang paling benar kemudian setelah itu buru-buru menyesatkan orang yang berbeda di mimbar masjid maka perbedaan akan semakin rancu. Agar perbedaan menjadi bermakna adalah denganmencontoh pendahulu-pendahulu,Ulama kita. Perbedaan adalah saling mengokohkan dan saling melengkapi. Kadang kita menemukan kemudahan di dalam Madzhab Imam Malik yang tidak ada di dalam Madzhab Imam Syafi’i atau sebaliknya, sehingga dengan perbedaan itu akan mempermudah banyak hal di dalam kita menyelesaikan permasalahan-permasalahan. Dan Alhamdulillah semua para Ulama itu kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rosulillah SAW.

8.      Fenomen pasca orde baru semakin banyak kelompok terang-terangan menyebut diri sebagai ahlus sunnah wal jamaah. Bagaimana klaim-klaim itu sebenarnya menurut Buya?

Jawab :
Mengklaim dirinya Ahlusunnah wal jama’ah bukan saja setelah / pasca orde baru. Dari dulu sudah sangat jelas dan sudah biasa kita mendengar istilah Ahlusunnah wal jama’ah. Kemudian muncul di akhir-akhir ini sekelompok  orang yang mengatakan diri mereka adalah Ahlusunnah wal jama’ah kemudian dengan serta merta mengatakan kaum muslimin bahkan mayoritas kaum muslimin di Indonesia yang dahulu memang sudah mengatakan Ahlusunnah wal jama’ah dikatakan bukan Ahlusunnah wal jama’ah.  Ini adalah problem orang zaman sekarang ini. Dan ini adalah benih-benih permusuhan, perpecahan dan itu akan menjadi semakin runcing sehingga perbedaan itu tidak menjadi rahmat lagi.

9.      Saya pernah baca ringkasan buku Syaikh Ahmad Sallam dalam Ma Ana ‘Alaihi wa Ashhhabi. Definisi ahlus sunnah waljamaah itu luas dan mencakup banyak kelompok, kecuali Syiah. Apa pendapat Anda?

Jawab :
Syekh Ahmad Salam berusaha untuk mendefinisikan Ahlusunnah wal jama’ah kemudian setelah itu memilah-milah mana yang bukan Ahlusunnah wal jama’ah. Semoga AllohSWT memberikan pahala kepada beliau karena niat baiknya. Akan tetapi beliau telah melakukan satu kesalahan besar di saat mengeluarkan  beberapa kelompok dan pendekar-pendekar Ahlusunnah waljama’ah dari kelompok Ahlusunnah wal jama’ah. Ini adalah sangat membahayakan persatuan  ummat Islam, yaitu di saat Syeikh Ahmad Salam mengatakan bahwa : Termasuk aliran-aliran yang menyimpang, yang keluar dari Ahlusunnah wal jama’ah adalah Asya’iroh. Bahkanini digolongkan kelompok aqlaniyyin, kelompok yang hanya mengedepankan akal, dan ini dianggap sebagai sesat. Ini adalah ungkapan yang sangat berbahaya dari Syekh Ahmad Salam. Jikaditinjau dari sisi ini maka kitab ini sangat membahayakan. Kalau Asya’iroh itu dianggap sesat, dan Asya’iroh menjerumuskan, maka Ulama-ulama Asya’iroh adalah sesat. Lalu siapa yang akan kita jadikan panutan? Contoh Imam Suyuthi, Imam Nawawi, Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani, mereka adalah Ulama-Ulama Asya’iroh. Jika mereka kita anggap sesat bagaimana dengan Kitab Fathul Bari, Riyadus Sholihin, Syarah Sohih Muslim dan yang lain-lainnya? Semoga Alloh mengampuni saya dan mengampuni Syekh Ahmad Salam dan memberikan pahala kepada beliau karena jerih payahnya.

10.  Jadi bagaimana menempatkan definisi itu secara tepat?

Jawab :
Nah untukmenempatkan definisi yang tepat adalah sebenarnya sangat sederhana. Dengan nama judul buku itu saja sebenarnya sudah sangat jelas “Ma Ana ‘Alaihi wa Ashhhabi” . Artinya semua umat Islam yang masih mengagungkan sahabat Nabi SAW  adalah  Ahli sunnah wal jama’ah. Bukan termasuk lebih khusus lagi adalah Asya’iroh. Dan sebetulnya ini adalah perlu sebuah diskusi khusus. Baik, kemudian adapun masalah Syiah yang dibahas tadi memang betul kalau di saat Syekh Ahmad Salam mengeluarkan Syiah dari Ahlusunnahwal jama’ah memang itu sudah jelas. Bahkan memang bukan saja perlu dikeluarkan,memang mereka tidak mau dianggap sebagai Ahlusunnahwal jama’ah. Mereka sesat dan menyesatkan. Bahkan pemikiran-pemikiran mereka membahayakan, bahkan banyak pemikiran-pemikiran mereka yang menjadikan seseorang jika meyakini pemikiran tersebut akan keluar dari Islam.

11.  Ada pendapat yang mengatakan Syiah semakin kuat karena sesama ahlus sunnah wal jamah saling melemahkan. Bagaimana menurut Anda terhadap pernyataan ini?

Jawab :
Betul. Syiah semakin kuat karena Ahlusunnah saling melemahkan. Dan saling melemahkannya itu adalaha karena fatwa-fatwa yang muncul seperti yang dikatakan Syeikh Ahmad Salam.  Dan termasuk fatwa  dan cetusan yang  mengeluarkan Asya’iroh dari Ahlusunnah waljamaah. Sebab mayoritas Ahlusunnah wal jama’ah di Indonesia adalah Asya’iroh. Jadi betul pernyataan itu.

12.  Belakangan ini juga gencar isu wahabi. Apa pendapat Buya?

Jawab :
Masalah isu Wahabi. Wahabi adalah dinisbatkan kepada Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah baru sekali di abad ke 11 Hijriyah. Artinya  beliau adalah orang akhir zaman. Sebelum beliau sudah ada Ahlusunnah wal jamaah. Artinya kalau ingin kembali kepada manhaj Ahlusunnah wal jama’ah dengan kembali kepada para A’immah Madzhab Arba’ah. Yang dilanjutkan setelahnya oleh Imam-Imam besar seperti Imam Ghozali, Imam Nawawi, Ibnu Hajar Al-Asqolani, Imam Suyuthi dan lain-lain. Kita bisa lihat apa aqidah mereka. Jadi  hendaknya kita melanjutkan pemikiran-pemikiran mereka.

13.  Hingga sekarang penggunaan istilah wahabi itu rawan, karena faktanya makna itu menjadi biasa?

Jawab :
Wahabi itu rawan. Betul. Rawan karena apa? Memang dari orang yang mereka itu mengikuti Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab berusaha untuk memurnikan aqidah, memilah mana Ahlusunnah dan mana yang bukan Ahlusunnah. Karena  terlalu berlebihan sehingga Ahlusunnah yang seharusnya menjadi kawan pun akhirnya dijadikan musuh dianggap bid’ah, sesat, bahkan keluar dari Islam. Jadi ini yang harus dicermati.  Wacana dan  kabar baik untuk ummat ini dengan munculnya sebuah media Islami yang mencoba mengklarifikasi permasalahan.

14.  Bagaimana agar penggunaan istilah itu tidak menjadi saling tuduh dan ujungnya timbul konflik?

Jawab :
Sederhana sebetulnya. Agar orang tidak dituduh harus menjelaskan dengan sejelas-jelasnya. Bukan fitnah. Kita bisa duduk bersama. Apa sih permasalahannya? Kenapakita harus mengkafirkan orang tanpa bertanya terlebih dahulu? Kan  bisaduduk bersama. Sekarang yang terjadi : Di musholla ini ada orang membid’ahkan si A, di masjid ini ada orang membid’ahkan si B,  semuanya saling membid’ahkan, salingmenyesatkan. Kenapa tidak duduk bersama dahulu kemudian setelah itu dijelaskan permasalahannya? Setelah itu akan selesai tidak ada masalah. Jadi permasalahan kita adalah  saling tuduh-menuduh dan itu adalah melemahkan ummat islam.

15.  Beberapa kalangan Islam ada yang mempertanyakan soal: 1. Tawasul, 2. Kirim Doa, 3. Tahlil dan Yasin, dengan anggapan bid’ah. Bagaimana pandangan Buya?

Jawab :
Nah ini diantaranya permasalahan-permasalahan yang sebetulnya sangat sederhana dan mudah untuk dicerna dan difahamkan bagi orang yang mau faham. Akan tetapi seolah-olah menjadi permasalahan yang sangat pelik, sangat susah, sehingga setelah merasa susah disusul dengan tuduhan bid’ah sesat, syirik lalu mengklaim dirinya yang paling benar.
a)      Kalau Tawassul itu sangat sederhana. Tawassul ada 2. Tawasul dengan doa dan doa dengan tawasul.
1.      Tawasul dengan doa : Saya datang kepada orang ‘alim untuk mendo’akan saya. Nabi SAW juga pernah minta do’a kepada Sayyidina ‘Umar saat mau haji.
2.       Do’a dengan tawasul, yang maknanya adalah : Meminta kepada Alloh dengan membawa sesuatu yang dimuliakan oleh Alloh, yang diagungkan oleh Alloh, dan ini diajarkan oleh Rosulullah sendiri, seperti hadits riwayat Imam Bukhori : Orang memohon kepada Alloh dengan membawa amal sholeh. Tidak cukup hanya dengan amal sholeh, orang sholeh pun bisa dibawa. Sehingga  kita meminta kepada Alloh dengan membawa orang-orang yang dimuliakan oleh Alloh SWT.  Seperti orang berdo’a membawa  Rosulullah SAW dalam hadits Sayyidina Utsman Ibn Hunaif.

Inilah tawassul yang selama ini dilakukan oleh pelaku-pelakunya. Dan akan menjadi salah itu jika dimaknai beda. Tawassul dikatakan minta kepada mayyit, menyembah mayyit,beribadah kepada mayyit, itu semua adalah fitnah. Hendaknya dalam segala permasalahan kita bertanya kepada yang bersangkutan.

b)     Kirim do’a. Kirim do’a sangat jelas, kita dianjurkan mengirim do’a. Apa yang dipermasalahkan dalam kirim do’a?


c)      Tahlil. Tahlil itu masuk ke dalam pembahasan yang dibahas oleh Ulama terdahulu dengan istilah Ihdauts Tsawab. Menghadiahkan pahala. Ulama sepakat tentang kebolehan Ihdauts Tsawab. Hanya perbedaan diantara mereka  nyampai atau tidak nyampai. Bukan boleh atau tidak boleh. Sebagian mengatakan nyampai, ada juga yang mengatakan tidak nyampai. Dan selesai masalah ini dibahas oleh ulama terdahulu dan mereka tidak saling membid’ahkan.  Untuk menjelaskan permasalahan-permasalahan ini kami siap demi kepentingan umat agar  tidak saling tuduh, agar tidak saling caci, agar tidak saling membid’ahkan. Wallohu a’lambis showab. BUYA YAHYA

Tausiyah Ustadz Arifin Ilham

KEUTAMAAN DALAM BERDAKWAH

Wednesday 17 September 2014

Kiat Menghadapi Ujian Hidup

Hidup ini merupakan anugerah Allah SWT kepada kita hamba-Nya. Kenikmatan dan kesyukuran berselang-seling dengan ujian dan musibah. Insan muslim yang beriman dan bertaqwa menerima kenikmatan dengan penuh rasa syukur dan menyikapi ujian dan musibah dengan kesabaran.

Namun, seringkali kita kurang proporsional dalam menghadapi ujian maupun musibah. Kita merasa seolah-olah selama ini belum pernah menerima nikmat Allah saat ditimpa ujian. Sebaliknya seringkali takabur saat menerima nikmat. Sikap ini menandakan bahwa kita belum matang secara spiritual. Ibarat tertusuk duri kecil, rasa sakitnya sebenarnya hanya 10 namun mengeluhnya 100.

Syeikh Ibnu ‘Atha’illah ra menyampaikan nasihat yang tepat untuk kita jadikan renungan dalammenghadapi ujian hidup. Kiat pertama yaitu mengingat Allah SWT, mengembalikan semua kepada-Nya. “Agar pedihnya ujian terasa ringan, hendaklah engkau mengetahui bahwa Allah SWT yang telah mengujimu. Dia yang menimpakah takdir-Nya kepadamu adalah Zat yang juga biasa memberimu sebaik-baik pilihan alam hidup”.

Pesan Syeikh Ibnu ‘Atha’illah ra diatas memiliki makna mendalam dalam menata hati saat menghadapi ujian dan musibah. Sikap batin seorang muslim seharusnya berimbang. Dalam menghadapi ujian dan musibah maka ingatlah bahwa ujian itu datangnya dari Allah SWT yang juga telah banyak melimpahkan nikmat-nikmat yang jauh lebih besar. Dengan mengingat kenikmatan yang telah Allah berikan maka kita akan merasakan bahwa ujian tersebut kecil karena kita memiliki Allah SWT yang Maha Besar.

Kiat kedua yaitu menyadari bahwa hakikat ujian sesungguhnya adalah menaikkan kelas diri kita. Kita sudah seringkali menghadapi ujian di sekolah sedari kecil hingga sekarang. Saat ujian kita memang merasakah kesusahan, kepayahan. Namun, setelah lulus dan naik kelas kita akan sangat gembira karena telah berhasil menghadapinya. Sejatinya demikian pula dengan ujian hidup. Allah SWT ingin menaikkan kelas kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi di hadapan-Nya.

Syeikh Ibnu ‘Atha’illah ra berkata “Apabila manusia memahami bahwasanya suatu cobaan yang datang dari Alah SWT diterima dengan ridha dan dipahami pula sebagai anugerah, maka ia akan menerimanya tidak dengan hati sedih dan bahkan menjadi sesuatu yang sangat ringan”.

Insan beriman memahami bahwa ujian merupakan bentuk lain dari nikmat karena dengannya manusia akan semakin insyaf atas ketidakberdayaannya di hadapan Allah SWT. Keinsyafan ini akan membawa kepada kesadaran bahwa ujian itu jika dihadapi dengan penuh kesabaran akan menggugurkan dosa-dosa. Batin yang dekat dengan-Nya maka akan merasakan ujian seberat apapun terasa ringan. Namun sebaliknya batin yang jauh dari-Nya akan terus mengeluh dan merasakan ujian yang mungkin kecil terasa besar dan berat.

Kiat ketiga yaitu berbaik sangka kepada Allah SWT. Seringkali kita berburuk sangka atas ujian hidup yang kita alami soelah-olah kita merasa bahwa Allah SWT tidak adil atas diri ini. Sering kita lupa bahwa Dia lebih banyak memberikan kenikmatannya kepada kita. Syeikh Ibnu ‘Atha’illah ra berkata, ”Apabila engkau belum sanggup berbaik sangka kepada Allah SWT lantaran kesempurnaan sifat sifat-Nya, maka berbaiksangkalah karena pertemanannya bersamamu. Bukankan Dia selalu memberimu sesuatu yang baik-baik? Dan bukankah dia senantiasa memberimu segala kenikmatan?”. Indah sekali nasihat syeikh diatas bahwa kita  harus berbaik sangka kepada-Nya. Ibarat kita memiliki sahabat karib, terkadang terjadi satu dua masalah kecil. Namun, masalah-masalah tersebut jangan sampai merusak persahabatan dan kebaikan yang telah terjalin sekian lama. Ingatlah selalu banyaknya dan besarnya kebaikan yang telah diberikan oleh-Nya, maka ujian tadi akan terasa ringan.

Kiat keempat yaitu yakin bahwa ujian merupakan bentuk cinta Allah SWT kepada hamba-Nya yang beriman. Dia sangat mencintai hamba-Nya meskipun kita kadang terlupa untuk taat kepada-Nya. Dia telah menghamparkan bumi dan menyediakan segala keperluan hidup kita tanpa kita minta. Perasaan cinta kepada-Nya ini jauh lebih mendalam dibandingkan cinta kepada sesamanya. Dalam bahasa Inggris perasaan ini adalah feel in love, yaitu rasa cinta yang melingkupi dan menyelimuti segenap perasaan. Maka saat rasa cinta kepada Allah SWT ini kita hadirkan, kita akan yakin bahwa ujian bukanlah bentuk kebencian melainkan bentuk kecintaan-Nya.

Keempat sikap batin diatas akan menghadirkan hikmah, kearifan dan kebijaksanaan atau divine wisdom. Hikmah adalah sesuatu yang diperoleh seesorang setelah mengalami suatu peristiwa tertentu baik musibah atau nikmat. Namun tidak lama setelah musibah atau nikmat itu ternyata Allah menunjukkan hikmah lebih besar.

Bagaimanakah cara mendapatkan hikmat ini? Terdapat tiga tingkatan untuk memperoleh hikmah. Pertama dan yang paling tinggi adalah kepasrahan yang total (tafwid). Semakin seorang hamba pasrah kepada Allah SWT, maka Dia yang akan semakin proaktif dalam menolong hamba tersebut. Sebagai contoh janin dalam rahim ibu. Sang janin pasrah total atas takdir Allah SWT kepadanya dan Allah SWT menjaganya melalui ibu yang begitu besar cintanya kepada janin yang dikandung. Kedua yaitu kepasrahan namun disertai perkataan/ teriakan (taslim). Contoh dari taslim ini adalah bayi yang menangis dikala lapar dan haus. Tangisan lapar dan haus ini akan terdengar berbeda dengan tangis kesakitan. Ketiga yaitu kepasrahan disertai usaha (tawakal). Pilihan kita dalam memilih cara kepasrahan akan menentukan hikmah yang kita peroleh.

Semoga Allah SWT menganugerahkan kepada kita hati yang selalu bersyukur. Syeikh Ibnu ‘Atha’illah ra berkata, “Siapa yang tidak mendekat kepada Allah SWT dengan halusnya kebaikan yang dia berikan maka ia akan diseret  (supaya mendekat) dengan rantai cobaan”. Pesan ini mengandung makna bahwa Allah SWT sayang kepada kita hamba-Nya. Allah SWT ingin agar kita selalu dekat dengan-Nya. Namun seringkali kita yang melalaikan-Nya karena berbagai alasan. Dalam kondisi ini Allah SWT memberikan teguran kecil berupa ujian dan cobaan hidup agar kita kembali kepada-Nya, menapaki jalan kehidupan sesuai dengan ajaran-Nya.  Syeikh Ibnu ‘Atha’illah ra menambahkan bahwa setelah hamba itu dekat dengan Allah SWT baik melalui jalan kenikmatan maupun jalan musibah, Dia yang Allah berkenan mencurahkan nikmat karunia yang tiada bandingannya depada sang hamba. Barangsiapa yang tidak mensyukuri nikmat berarti ia membuat jalan hilangnya nikmat itu. Dan siapa yang mensyukurinya berarti dia telah secara kuat mengikat nikmat tersebut. Prof. Dr. H. Nasarudin Umar MA

Hati-hati Penyakit Hati

Sesungguhnya tidak ada yang lebih kita inginkan di dunia ini selain ridho-Nya. Sholat, puasa, zakat, menafkahi keluarga dengan rezeki halal dan amalan-amalan lain semua ditujukan untuk mendapatkan keridhoan-Nya.  Karena apabila Allah SWT sudah ridho dengan kita, maka kenikmatan utama yaitu syurga dan perjumpaan dengan-Nya yang akan menjadi hadiahnya.
Adakalanya dalam ibadah kita merasa amat bersemangat seperti pada awal bulan Ramadhan. Begitu penuh shaf-shaf di masjid. Kita amat bernafsu memburu pahala. Namun, ada kalanya kita sangat loyo dan tidak bersemangat dalam beribadah. Bisa jadi kemalasan ini disebabkan dosa-dosa yang kita lakukan sehingga hati tertutupi noda hitam dan tidak tergetar saat mendengar seruan adzan. Kita harus segera bercermin, jangan-jangan ada penyakit di hati kita hingga gelora semangat ibadah menurun drastis.
Hati yang sakit, apabila tidak segera dirawat lama kelamaan akan mati. Mirip seperti sakit yang menimpa badan, jika tidak dibawa ke dokter dan meminum obat maka bisa jadi tinggal menunggu sakaratul maut. Ulama mengatakan ada 2 tanda-tanda hati yang mulai mati. Pertama, bahwa ia tidak merasa gundah bahkan menikmati saat melakukan maksiat. Hati yang telah mati tertutup oleh noda- noda dosa yang semakin lama semakin tebal sehingga tertutup semuanya. Hati yang telah mati menganggap keburukan dan dosa-dosa yang diperbuatnya terlihat indah. Syaithan membuat seolah- olah yang diperbuatnya merupakan kebaikan padahal sebenarnya akan menjerumuskannya ke dalam jurang siksa neraka.
Tanda kedua dari hati yang mati yaitu tidak merasa terpanggil ketika diperintah Allah SWT. Mendengar adzan hatinya sama sekali tidak bergetar dan enggan melangkahkan kaki menuju masjid. Mendengarkan Al-Quran merasa bosan dan malah menghindarinya. Ada pengajian di samping rumah malah memilih aktivitas tidak bermanfaat lainnya. Naudzubillah, semoga kita tidak termasuk yang hatinya sakit.
Sahabat Saling Sapa yang dirahmati Allah SWT,
Terdapat 6+1 sumber penyebab penyakit hati. Segala jenis kemaksiataan dan dosa yang dilakukan manusia memiliki kaitan dengan sumber-sumber ini. Penyakit pertama dan kedua yaitu hasad dan sombong. Hasad adalaha susah melihat orang senang dan senang melihat orang susah serta ingin agar kenikmatan yang diterima orang lain berpindah kepada dirinya. Sifat hasad ini erat kaitannya dengan sifat sombong. Makhluk yang pertama kali sombong adalah iblis. Iblis merasa dirinya lebih mulia daripada Adam as dan iblis pula tidak terima mengapa yang dijadikan khalifah di muka bumi adalah Adam as, bukan dia.
Penyakit kedua dan ketiga adalah tamak dan bakhil. Adam dan Hawa sudah berada di syurga dengan segala kenikmatan dan kemudahan yang merupakan karunia Allah SWT. Tidak perlu bersusah payah dalam mencari makanan karena buah-buahan tersedia melimpah dan tidak perlu usaha untuk meraihnya. Namun, atas bujuk rayu iblis yang membisikkan bahwa buah khuldi ini dilarang didekati karena akan membuat kekal, rasa tamak muncul dan membuat Adam Hawa memakan buah itu. Seringkali kita juga terus menerus ingin memiliki dan memiliki. Satu rumah, dua rumah, tiga rumah tidak cukup bahkan jika bisa satu kota akan dibeli. Di sisi lain tangan terasa berat untuk berbagi kepada sesama bahkan zakat yang wajibpun masih juga menghindar.
Penyakit ketiga dan keempat yaitu dusta dan amarah. Lagi-lagi iblis yang pertama kali melakukan dusta yaitu ketika menipu Adam dan Hawa tentang buah khuldi. Karena dusta ini akhirnya Iblis dilaknat selama lamanya. Karena dusta ini Adam as dan Hawa terbujuk dan memilih jalan yang salah. Sedangkan sifat marah diwakili kisah Habil dan Qabil. Dua saudara yang merupakan putra dari seorang nabi. Qabil yang terbakar amarah karena yang dia inginkan tidak tercapai, hasud dan menentang perintah Allah SWT pada akhirnya membunuh saudaranya Habil dan melakukan pembunuhan pertama di dunia.
Penyakit ketujuh yaitu keras kepala meskipun sudah jelas kesalahan ada pada dirinya. Mari kita ambil kembali contoh kisah Qabil dan Habil. Perintah Allah kepada Nabi Adam yaitu menikahkan secara silang putra-putrinya. Namun Qabil keras kepala dan tidak mau menerima. Kemudian diperintahkan untuk mempersembahkan pengorbanan terbaik dan lagi-lagi Qabil justru memberikan hasil pertaniannya yang buruk. Setalah keputusan Allah SWT bahwa kurban Habil yang diterima, Habil bukannya istigfar dan berintrospeksi diri malahan terbakar amarah dan membunuh saudaranya, naudzubillah.
Sahabat Saling Sapa yang dirahmati Allah SWT,
Pernahkah kita memiliki penyakit-penyakit hati diatas? Mungkin satu atau beberapa diantaranya dan dalam skala yang lebih kecil? Jika pernah, mari kita tekadkan untuk segera mengobati penyakit tersebut. Pertanyaan berikutnya adalah apakah obat dari penyakit-penyakit hati? Apakah sama dengan penyakit jasmani?
Jawabannya tentu berbeda obat untuk sakit hati. Marilah kita renungkan obat penangkal dan penyembuh penyakit hati berikut:
Obat dari hasad adalah mahabbah/cinta
Pernahkah kita menemui orangtua yang hasad pada anaknya? Atau justru orangtua akan bangga jika penerusnya jauh lebih baik daripada orangtuanya yang sekarang? Orangtua dapat bersikap demikian karena rasa cinta yang besar kepada anaknya sehingga menjadikan tolak ukur sukses bukan pada dirinya namun pada anaknya. Marilah kita mulai untuk mencintai saudara kita dengan tulus, tanpa ada kepentingan apapun di belakang sehingga sukses saudara seiman akan ikut kita syukuri setulus hati.
Obat dari sombong adalah tawadhu’
Dalam masyarakat modern, hal-hal yang biasa disombongkan adalah kedudukan, kekayaan, kecantikan dan kepandaian. Pernahkan kita merenung, bahwa sesungguhnya Allah SWT pemilik dari semua itu? Kita bisa bekerja mencari rezeki dan mendapat kekayaan tiada lain karena Allah SWT memberikan kita kesehatan, kelengkapan anggota badan, pikiran yang sehat dan lain-lain. Jadi, sejatinya kita ini ada dalam posisi “tangan di bawah” karena semua modal kita dari-Nya. Kesadaran atas ini akan membawa kita pada pribadi yang tawadhu’, pribadi yang rendah hati meskipun dia kaya, cantik, pandai, berkuasa, ahli sedekah namun keinsyafannya atas posisi diri sebenarnya di hadapan Allah SWT mengalahkan rasa sombong yang mungkin timbul.
Obat dari tamak adalah qona’ah
Maukah anda diberikan satu rumah lagi meskipun sudah memiliki 10 buah? Diberikan 5 lagi, 10 lagi, 100 lagi? Manusia tidak pernah puas atas apa yang dimilikya. Satu gunung emaspun tidak cukup untuk memenuhinya. Oleh karena itu, kita perlu menangkalnya dengan sikap qona’ah, sikap diri yang merasa cukup atas segala pemberian Allah SWT. Rasa cukup ini akan melahirkan kesyukuran dan kesyukuran ini justru akan dibalas oleh-Nya dengan kecukupan bahkan keberlimpahan.
Obat dari bakhil adalah sedekah
Tiada obat yang lebih manjur untuk melawan bakhil melainkan sedekah. Penyakit bakhil ini biasanya ikutan dari tamak. Sifat tamak dan rakus dan selalu ingin menerima lebih dari orang lain memiliki sisi lain yaitu sulit sekali untuk melakukan pemberian atau bakhil. Padahal dalam sejarah dunia di manapun, tidak pernah ada cerita orang yang miskin karena sedekah. Fakta yang ada malah menunjukkan bahwa pribadi yang gemar sedekah akan diangkat derajatnya di dunia dan di akhirat.
Obat dari bohong adalah ihsan
Pernahkah kita berbohong tentang sesuatu sedangkan lawan bicara kita sangat tahu sesuatu yang kita bicarakan? Dengan kondisi diatas tentu saja tidak akan pernah orang berbohong. Saudaraku, Allah adalah Al-Bashir, Al-Aliim, Allah Maha Melihat dan Maha Tahu segala perbuatan kita bahkan gerak gerik hati. Oleh karena itu, sifat ihsan yaitu merasa selalu diawasi oleh Allah SWT ini menjadi obat manjur untuk penyakit bohong.
Obat dari marah yaitu sabar
Orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan amarah. Perasaan amarah ini yang telah membuat Qabil membunuh Habil, saudaranya sendiri. Rasulullah memerintahkan kita untuk tidak marah. Apabila ingin marah sedangkan posisi kita berdiri, maka kita diperintahkan untuk duduk. Apabila masih marah maka berbaring. Dan jika masih marah maka berwudhu. Jika masih marah maka sholat 2 roka'at. Apabila masih marah juga mintalah hati yang lain karena hatimu sudah mati. Mari kita jadikan sabar sebagai bagian dari kepribadian kita.
Obat dari keras kepala adalah taubat
Allah SWT adalah Al-Ghafar, Dialah yang maha pengampun. Seluas dan sebesar apapun dosa dan kesalahan yang dilakukan oleh hamba, sesungguhnya ampunan-Nya lebih luas. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran: 133, "Dan bersegeralah kalian menuju ampunan dan syurga Allah, yang luasnya seluas langit dan bumi, yang hanya disediakan bagi orang-orang bertaqwa”. Maka tinggal kita sebagai hamba-Nya yang penuh salah dan dosa ini apakah mau mendatangi ampunan-Nya dan memasuki syurga-Nya ataukah tetap keras kepala dan bergelimang dosa.
Sahabat Saling Sapa yang dirahmati Allah SWT,
Terdapat 6 rukun taubat yang dinasihatkan oleh ulama. Pertama, adalah rasa penyesalan yang sungguh-sungguh. Kedua, yaitu janji untuk tidak mengulangi kembali dan meninggalkan perbuatan dosa yang lalu. Ketiga, yaitu berkomitmen menjaga pergaulan dan berkumpul bersama shalihiin, orang-orang yang shalih. Keempat, yaitu merasakan celupan nikmatnya ibadah melebihi kesenangan dalam melakukan dosa yang telah lalu. Kelima, yaitu bertaubat karena keinginan dan dorongan dari dalam diri bukan atas paksaan dan yang terakhir yaitu menyegerakan untuk bertaubat. Manusia tidak pernah tau kapan ajalnya menjemput. Ust. Abi Makki

10 HIKMAH PUASA

*Melatih Disiplin Waktu – Untuk menghasilkan puasa yang tetap fit dan kuat di siang hari, maka tubuh memerlukan istirahat yang cukup, hal ini membuat kita tidur lebih teratur demi lancarnya puasa. Bangun untuk makan sahur dipagi hari juga melatih kebiasaan untuk bangun lebih pagi untuk mendapatkan rejeki (makanan).

*Keseimbangan dalam Hidup – Pada hakikatnya kita adalah hamba Allah yang diperintahkan untuk beribadah. Namun sayang hanya karena hal duniawi seperti pekerjaan, hawa nafsu dan lain-lain kita sering melupakan kewajiban kita. Pada bulan puasa ini kita terlatih untuk kembali mengingat dan melaksanakan seluruh kewajiban tersebut dengan imbalan pahala yang dilipatgandakan.

*Mempererat Silaturahmi – Dalam Islam ada persaudaraan sesama muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang memberikan tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam dan banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di Masjid.

*Lebih Perduli Pada Sesama – Dalam Islam ada persaudaraan sesama muslim, akan tampak jelas jika berada dibulan Ramadhan, Orang memberikan tajil perbukaan puasa gratis. Sholat bersama di masjid, memberi ilmu islam dan banyak ilmu Islam di setiap ceramah dan diskusi keagamaan yang dilaksanakan di Masjid.

*Tahu Bahwa Ibadah Memiliki Tujuan – Tujuan puasa adalah melatih diri kita agar dapat menghindari dosa-dosa di hari yang lain di luar bulan Ramadhan. Kalau tujuan tercapai maka puasa berhasil. Tapi jika tujuannya gagal maka puasa tidak ada arti apa-apa. Jadi kita terbiasa berorientasi kepada tujuan dalam melakukan segala macam amal ibadah.

*Tiap Kegiatan Mulia Merupakan Ibadah – Setiap langkah kaki menuju masjid ibadah, menolong orang ibadah, berbuat adil pada manusia ibadah, tersenyum pada saudara ibadah, membuang duri di jalan ibadah, sampai tidurnya orang puasa ibadah, sehingga segala sesuatu dapat dijadikan ibadah. Sehingga kita terbiasa hidup dalam ibadah. Artinya semua dapat bernilai ibadah.

*Berhati-hati Dalam Berbuat – Puasa Ramadhan akan sempurna dan tidak sia-sia apabila selain menahan lapar dan haus juga kita menghindari keharaman mata, telinga, perkataan dan perbuatan. atihan ini menimbulkan kemajuan positif bagi kita jika diluar bulan Ramadhan kita juga dapat menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan dosa seperti bergunjing, berkata kotor, berbohong, memandang yang dapat menimbulkan dosa, dan lain sebagainya.

*Berlatih Lebih Tabah – Dalam Puasa di bulan Ramadhan kita dibiasakan menahan yang tidak baik dilakukan. Misalnya marah-marah, berburuk sangka, dan dianjurkan sifat Sabar atas segala perbuatan orang lain kepada kita. Misalkan ada orang yang menggunjingkan kita, atau mungkin meruncing pada Fitnah, tetapi kita tetap Sabar karena kita dalam keadaan Puasa.

*Melatih Hidup Sederhana – Ketika waktu berbuka puasa tiba, saat minum dan makan sedikit saja kita telah merasakan nikmatnya makanan yang sedikit tersebut, pikiran kita untuk makan banyak dan bermacam-macam sebetulnya hanya hawa nafsu saja.

*Melatih Untuk Bersyukur – Dengan memakan hanya ada saat berbuka, kita menjadi lebih mensykuri nikmat yang kita miliki saat tidak berpuasa. Sehingga kita dapat menjadi pribadi yang lebih mensyukuri nikmat Allah SWT. Sulistiyawati.

Tausiyah KH Nurcholis Mustari

IKUTLAH ASSAWAADUL A'DHOM (GOLONGAN YANG TERBANYAK)

Sunday 14 September 2014

HUKUM BEKERJA KEPADA ORANG KAFIR

Assalamu’alikum Wr.Wb
Buya, saya Adrian, saat ini saya bekerja di perusahaan yang di miliki oleh orang non muslim bagaimana hukum bekerja kepada mereka ? halal tidak gajinya? Mohon penjelasan Buya. Terima kasih..
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Wa’alaikumsalam Wr.Wb.
Saudaraku Adrian yang semoga di muliakan Alloh Swt, amiin.
Islam adalah agama yang luwes sekaligus tegas dengan prinsip. Hal itu akan amat tampak dalam hal yang berhubungan dengan orang di luar Islam. Sesuai yang ditanyakan, Islam tidak melarang seorang muslim bekerja kepada orang di luar Islam. Akan tetapi bersama dengan diperkenankannya hal tersebut tentu ada rambu-rambu yang harus dipatuhi demi terjaganya kehormatan dan agama. Masalah ini sudah dibahas oleh ulama terdahulu dari berbagai madzhab. Dan semuanya sepakat memperkenankannya. Jika ada yang melarang itu semua kembali kepada upaya menegakkan prinsip menjaga kehormatan dan agama. Uraian para ulama bisa disimpulkan sebagai berikut. Seorang muslim atau muslimah boleh bekerja di tempatnya orang kafir dengan syarat-syarat berikut ini :
1. Terjaga kehormatannya khususnya bagi para wanita (misalnya tidak dikhawatirkan terjadinya pelecehan seksual di tempat tersebut)
2. Bekerja untuk pekerjaan ditempat yang dibenarkan menurut Islam (misalnya bukan seperti tempat perjudian)
3. Mengerjakan sesuatu yang halal menurut Islam (misalnya bukan pembuatan khomer atau membantu jualan khomer)
4. Tidak menjadikan bersentuhan langsung dengan najis (misalnya memasak atau memotong daging babi)
5. Tidak menjadikan sebab meninggalkan kewajiban (misalnya sholat dan puasa dan menutup aurat)
6. Bukan pekerjaan yang menjadikan rendah dihadapan orang kafir (seperti memandikan atau menceboki atau semua yang sifatnya urusan pribadi orang kafir)
7. Tidak yakin bahwa pekerjaan atau usaha tersebut keuntungannya untuk memerangi kaum muslimin (misal bukan seperti produk yahudi yang jelas sebagian untungnya untuk memerangi kaum muslimin)
8. Bukan pekerjaan yang jelas untuk kemaksiatan (seperti pembuatan patung atau tempat ibadah untuk menyembah selain Alloh SWT)

Jadi bekerja kepada orang kafir asal hukumnya adalah MUBAH atau boleh-boleh saja asal memenuhi syarat tersebut di atas. Dan di saat dihukumi boleh, maka gaji yang didapat pun hukumnya halal. Akan tetapi jika ada salah satu syarat di atas dilanggar maka hukumnya menjadi haram dan gaji yang didapat juga haram.
Wallohu a’lam bishshowab. BUYA YAHYA

Tausiyah Habib Umar bin Sholeh Al Hamid

MASUK SURGA DENGAN KEMURAHAN ALLAH SWT

Tausiyah Habib Ali Baharun

MUJAHADAH, BERJUANG MELAWAN HAWA NAFSU

Friday 12 September 2014

Tausiyah Habib Novel Bin Muhammad Alaydrus

RAHASIA ILMU

BOLEHKAH MENGIKUTI PENDAPAT 4 MADZHAB DALAM SUATU PERMASALAHAN

Assalamu 'Alaykum WR. WB.
Salam sejahtera kepada Al Mukarom Buya Yahya, semoga Buya selalu dilindungi oleh Allah swt. dari segala macam keburukan. Saya ingin bertanya seputar ke 4 mazhab yaitu Madzhab Syafi'i, Hanafi, Maliki dan Hambali. Yang sedang saya pertanyakan adalah bolehkah kita mengikuti ke 4 madzhab tersebut dalam menentukan hukum dalam suatu permasalahan, sedangkan pendapat mereka terkadang ada yang berbeda.

Wa’alaikum Salam WR. WB.
Empat Imam Madzhab adalah panutan kita dalam urusan hukum dan kita sebagai pengikut atau orang yang taqlid boleh mengikuti siapa saja dari mereka asal benar cara mengambil dan mengikutinya. Dan itu semua perlu ilmu.
Akan tetapi untuk memudahkan kita dalam menjelaskan hukum tentang suatu permasalahan maka caranya dengan menekuni satu Madzhab. Baru akan menelaah kepada Madzhab-Madzhab lain jika sudah matang dalam 1 madzhab.
Belajar Madzhab yang berbeda-beda amat merepotkan kita untuk menghafal dan mengingatnya.
Dan seandainya kita melakukan Solat Dzuhur dengan madzhab Syafi’i, Ashar dengan Madzhab Maliki, maghrib dengan Madzhab Hambali kemudian isya dengan Madzhab Hanafi, seperti ini sah - sah saja. Akan tetapi siapa yang bisa seperti ini? Tentu orang yang alim dengan 4 Madzhab.
Intinya kita bisa ikut salah satu dari 4 Madzhab tersebut asalkan dengan ilmu atau karena petunjuk dari guru yang mengajari kita. Kepada siapapun kita ikut kita tetap muqollid (orang yang bertaqlid) hanya cara bertaqlid saja yang harus kita perhatikan yaitu tatakrama dengan cara mengikuti pembimbing dan guru.
Wallahu A'lam Bishshowab. BUYA YAHYA

Tausiyah Ustadz Arifin Ilham

RASA GELISAH

Wednesday 10 September 2014

Tausiyah KH Nurcholis Mustari

FATIMAH AZ-ZAHRA TIDAK ADA RASA DENDAM, HASUT DAN DENGKI KEPADA ABU BAKAR RA, UMAR BIN KHATTAB RA DAN USMAN BIN AFFAN RA

DA’WAH TUGAS SEMUA

Dunia da’wah adalah dunia cahaya dan lautan cahaya yang menerangi jiwa raga dan semesta dengan petunjuk risalah Rasulillah SAW. Gebyar dan gemerlapnya sebuah kota jika tidak dibarengi dengan petunjuk Risalah Rasulullah SAW tidak akan membangun moral dan kemanusiaan. Maka risalah Rasulullah sebagi cahaya harus senantiasa dihadirkan seirama dengan status kemuliaan umat Rasulullah SAW sebagai “khoiro ummatin ukhrijat linnasi” umat terbaik yang dihadirkan oleh Allah ke muka bumi ini. Mulia karena membawa cahaya, mengantar cahaya kepada yang membutuhkannya.

Da’wah dalam makna mengajak diri dan orang lain kepada kebaikan dan menjauhkan diri dan orang lain dari kemunkaran. Semua dari kita yang merasa umat Rasulullah SAW harus bisa mengambil bagian dari tugas da’wah ini. Siapapun kita, yang kaya yang miskin yang pandai dan yang bodoh selagi sebagai umat Rasulullah SAW ia harus ikut dalam program mengajak kepada kebaikan dan menghentikan kemungkaran.
.
Prinsip Da’wah :

1. Membangun keikhlasan kepada Allah dengan menitik beratkan kepada :

a. Memahami da’wah sebagai jihad yang menuntut perjuangan dengan harta dan jiwa (biamwalihim wa’anfusihim).
b. Berusaha untuk melibatkan diri sendiri dalam pengorbanan jiwa, raga dan harta sebelum orang lain.
c. Berbanggalah jika ada orang lain yang telah berhasil dalam perjuangan yang serupa dengan yang Anda emban.
d. Bantulah orang yang seperjuangan dengan Anda agar berhasil baik dengan doa, materi jika ada atau hanya sekedar ikut mempromosikan majlis, program dan perjuanganya .

2. Jangan menunggu kaya dan pintar.

Suatu ketertinggalan jika mau ber-amar ma'ruf nahi mungkar menunggu kaya atau pintar. Akan tetapi keinsyafan akan tugas inilah yang akan menghantar seseorang untuk bersemangat tinggi dalam berda’wah dan ber-amar ma'ruf nahi mungkar .
Jika Anda orang berilmu lakukanlah tugas da’wah semampu Anda tanpa menunda waktu sesaatpun .Jika kemampuan Anda hanya da’wah kepada tetangga karena anda tidak mepunyai kendaraan, maka lakukanlah sesuai kemampuan Anda sejauh kaki mampu melangkah. Dan disaat Anda di karuniai sepeda pergilah ketempat yang lebih jauh dan begitu seterusnya.
Jika Anda orang kaya tetapi Anda tidak berilmu. Ambillah bagian da’wah Anda sesuai dengan kemampuan Anda . Anda memang tidak boleh berceramah atau memberi fatwa karena Anda tidak berilmu akan tetapi Anda bisa berda’wah dengan mengumpulkan orang sebanyak-banyaknya dengan harta Anda dan setelah itu anda mendatangkan orang yang berilmu untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan kepada orang yang Anda kumpulkan.
Jika anda tergolong orang yang tidak berilmu dan tidak berharta, itu bukan berarti Anda tidak bisa menjadi juru da’wah dan kelompok umat terbaik. Anda bisa dengan tenaga Anda datang kesana kemari mengajak orang lain agar memasuki Majlis ilmu para ulama di sekitar Anda atau anda menjadi tukang sapu atau penjaga sebuah lembaga da’wah dan majlis taklim. Sungguh jika Anda tulus dengan kinerja Anda itu anda bisa duduk bersama para ulama di akhirat nanti biarpun Anda adalah orang yang tidak berilmu.

Penyakit Dalam Media Da’wah :

1. Tawadhu’ bukan pada tempatnya. Artinya Ada orang yang telah memiliki bekal ilmu akan tetapi ia tidak segera bangkit ambil bagian dalam da’wah dengan alasan belum waktunya, masih ada yang lainya, gak enak dengan yang sepuh dan sebagainya. Padahal urusan mencari kemuliaan seseorang harus berlomba dan merasa kalau dirinya adalah yang paling butuh kepada kebaikan tersebut. Di jelaskan oleh para Ulama “al iitsaru fittaqorrubi makruhun “ mendahulukan orang lain dalam urusan ibadah adalah makruh. Dalam kebaikan seseorang harus fastabiqulkhoirot “ berlomba dalam kebaikan” dengan senantiasa memperhatikan tata krama.

2. Tidak senang dengan adanya orang yang hendak muncul di dalam dunia da’wah. Ini adalah kendengkian yang amat berbahaya.Tidak ada dengki yang lebih mengerikan dan membahayakan melebihi dari dengkinya orang yang terjun di dunia da’wah. Sehingga setiap kali ada orang yang hendak muncul di medan da’wah ini orang –orang dengki itu berusaha menghalangi baik dengan omongan atau tingkah laku .

Dua hal Inilah yang menjadikan para calon-calon pejuang baru merasa ragu atau bahkan takut untuk tampil. Sehingga semakin hari media da’wah semakin jauh dari mereka. Dari sinilah kenapa sering kita ketemukan orang menuntut ilmu agama bertahun-tahun ternyata setelah pulang kegiatannya sangat jauh dari media da’wah.
Wallahu a'lam bishshowab. BUYA YAHYA

KETIKA TIDAK BISA MEMBAYAR HUTANG

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Buya saya mau bertanya. Bagaimana menyikapi orang yang yang meminjam uang tapi tidak mau membayarnya?

Wa’alaikumsalam Wr. Wb
Islam adalah agama indah, mengajarkan keindahan dalam kehidupan bermasyarakat. Suatu hal yang sangat wajar dan yang dibenarkan jika terjadi pinjam meminjam dalam hidup bermasyarakat. Dalam hal ini Islam telah memberikan pengarahan agar pinjam-meminjam tetap indah.
Yang pertama adalah islam mengajarkan agar kita mencatat saat terjadi hutang piutang dan jangan sampai kita meremehkan perintah ini sekecil apapun dan seremeh apapun yang kita pinjam dan pinjamkan. Mencatat hutang adalah ibadah biarpun dengan teman dekat, orang tua atau saudara. Yang meninggalkan mencatat hutang ini adalah meninggalkan petunjuk dari Allah swt.
Kedua bagi yang meminjam jika sudah jatuh tempo ia wajib mengembalikannya jika sudah mampu. Jika ia sudah mampu dan tidak membayar maka ini adalah termasuk dosa besar dan akan dihinakan oleh Allah di dunia dan di akhirat. Dan jika memang benar-benar belum mampu memang tidak wajib untuk membayar sampai ia mampu. Dalam hal ini seorang muslim dituntut untuk jujur kepada Allah jangan sampai ia mampu membayar akan tetapi ia pura-pura tidak mampu, itu adalah kemunafikan dan itu adalah dosa besar, sungguh Allah maha mengetauhi yang tersembunyi dihati hambanya.
Ketiga, disisi lain bagi orang yang dipinjam uangnya jika ia menemukan saudaranya tidak mampu membayar maka Islam mewajibkan baginya untuk memberikan tempo kepada orang yang meminjam tanpa imbalan apapun dan tanpa menambah sedikitpun. Imbalan dan tambahan tersebut sekecil apapun adalah riba yang menghantarkan ke neraka jahannam.
Adapun sikap anda yang bertanya anda lihat jika orang yang meminjam uang tersebut tidak mampu maka anda doakan dan tingkatkan kasih sayang kepada orang tersebut karena ia telah tidak mampu membayarnya. Jika ia adalah orang yang mampu akan tetapi teledor serahkan kepada Allah dan doakan agar Allah memberikan kesadaran kepadanya karena saat itu dia telah melakukan dosa besar.
Wallahu a’lam Bishshowab. BUYA YAHYA

MEMBENTENGI AQIDAH AHLUSSUNNAH

بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله الذي حبَّب العبادة إلى المتقين، وحبَّب قلوبهم للانشغال بطاعة رب العالمين وجنبهم من البدعة والضلالة, والصلاة والسلام على سيدنا ونبينا محمد وعلى آله وأصحابه والتابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين
Muqoddimah

Sesuatu yang paling berharga yang diberikan oleh Allah kepada seorang hamba adalah aqidah yang benar. Maka ilmu yang membahas tentang aqidah yang benar adalah ilmu yang amat penting dibandingkan ilmu-ilmu yang lainya. Dan diskusi-diskusi yang diadakan jika hal itu untuk membela dan menjaga aqidah yang benar maka itu adalah sebaik-baik diskusi. Saat ini kami sungguh sangat berbahagia jika pada kesempatan ini kami para alim ulama untuk bersama-sama mendiskusikan aqidah dan bagaimana upaya kita untuk menjaga aqidah umat. Kami yakini bahwa kita semua akan senantiasa dalam lindungan dan pertolongan Allah sesuai janji Allah :

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ (٦٩)

“Dan mereka yang bersungguh-sungguh mencari kebenaran-Ku sungguh Aku akan memberi petunjuk kepada mereka”.
Menjaga aqidah umat adalah sebaik-baik hadiah yang diberikan oleh para ulama kepada mereka kapan dan dimanapun berada. Lebih-lebih disaat merebaknya fitnah-fitnah yang menggerogoti aqidah-aqidah seperti yang kita rasakan dan saksikan pada saat ini. Bahkan ada diantara kita yang sudah keropos aqidahnya namun ia tidak merasa tergerogoti. Umat islam adalah umat yang besar akan tetapi sering lengah dengan jumlah yang besar ini sehingga kadang-kadang kita kurang mencermati hal-hal yang disusupkan musuh-musuh Allah dalam tubuh umat Islam. Maka dalam kesempatan pertemuan ini kami ingin menghadirkan sekilas tentang aqidah yang benar untuk bisa menjadi bekal bagi kita di dalam menegakkan dan menjaga aqidah umat Islam dunia dan Indonesia khususnya yang Alhamdulillah dari generasi ke gernerasi mereka pada aqidah yang benar yaitu ahlu sunnah wal jamaah.

Pertolongan Pertama Di Zaman Fitnah Aqidah
Yang kami maksud pertolongan pertama dizaman fitnah aqidah ini adalah bagaimana kita menghadirkan hal terpenting dan mende-sak yang dibutuhkan oleh ummat dalam upaya membentengi aqidah yang benar.
Ada dua hal yang secara subtansi dan maknawi tidak terlalu penting akan teapi hal tersebut perlu diperhatikan lebih karena dari situlah kesesatan akan masuk. Dua hal tersebut yang pertama mengenal sebuah identitas dan yang kedua adalah mempertahankan manhaj talaqqi.

1-Mengenal Sebuah Identitas
Di dalam kita berbicara untuk menjelaskan aqidah yang benar sangat sulit kalau sean-dainya hanya dalam ceramah yang singkat atau dalam pertemuan yang sesaat. Akan tetapi dengan menyadari dan memahami sebuah iden-titas diri kebenaran aqidahnya bisa dengan sangat mudah di jaga dan di kontrol agar seseorang tidak terbawa masuk dalam kelompok aqidah yang salah atau sesat. Dan hal ini bisa kita saksikan dalam amaliyah-amaliyah di dalam keseharian mereka mulai dari tawasulan, tahlilan, membaca kitab maulid secara bersa-maan (Asroqolan Atau Marhabanan) yang sungguh itu semua adalah amaliyah yang benar dan telah menjadi ciri khas aqidah yang benar biarpun sebenarnya pembahasan aqidah yang lebih penting bukan di dalam amaliah-amaliyah tersebut.
Kalau kita cermati para ulama terdahulu dalam urusan aqidah dan amaliyah, mereka lebih mementingkan isi daripada kulit. Hingga terkadang seorang muslim awam ahlu sunnah wal jamaah dengan kualitas aqidahnya yang sudah benar akan tetapi dia tidak mampu un-tuk menjelaskan ahlu sunnah wal jamaah dengan panjang dan lebar dengan pemaparan ilmiyah. Padahal sebetulnya penjabaran makna aqidah ahlu sunnah wal jamaah secara panjang lebar sudah dihadirkan dan disosialikan oleh ulama-ulama terdahulu dengan metode yang sangat sederhana dan kemasyarakatan sehingga sebuah aqidah sudah menyatu dengan kehidupan mereka.
Cara penjabaran dan pemaparan luas dan halus amatlah tepat pada masa disaat fitnah aqidah belum banyak tersebar. Akan tetapi disaat fitnah aqidah merebak dimana-mana dan pergeseran nilai aqidah mudah terjadi. Kita harus bisa mencermati sebab–sebab umat ini termakan fitnah. Kita bisa saksikan disaat munculnya ahli fitnah yang tidak henti-hentinya merendahkan dan mencaci aqidah ahli sunnah wal jamaah. Orang-orang awam pun diam karena tidak tahu kalau mereka sendiri yang dicaci karena mereka tidak mengenal identitas mereka sendiri.
Maka dari itu kami perlu mengenalkan sebuah identitas yang secara hakikatnya me-mang kurang penting sebab hal itu hanya berurusan dengan kulit dan bukan subtansi aqidah. Akan tetapi sebagai langkah pertama dalam membentengi aqidah dalam kondisi men-desak dan darurat kami anggap mengenal iden-titas diri saat ini amat diperlukan yaitu disaat merebaknya fitnah dan banyaknya pemalsu- pemalsu aqidah.
Sebab lain yang menjadikan mengenal identitas diri ini penting adalah karena banyak-nya orang yang memusuhi aqidah para ulama ahlu sunnah. Yang mereka pun yang meng-gemborkan syi’ar dan slogan ahlu sunnah wal jamaah dan menamakan diri mereka ahlu sun-nah wal jamaah. Jadi pengenalan identitas ini disaat ini sangat penting untuk membedakan ahlu sunnah wal jamaah yang sesungguhnya dengan ahlu sunnah wal jamaah yang palsu. Dan setelah itu kita akan mencoba satu demi satu untuk menjelaskan perbedaan antara ahlu sunnah wal jamaah yang palsu dan yang ahli sunnah yang sesungguhnya dengan kajian ilmiah di dalam pembahasan berikutnya.

Identitas yang kami maksud adalah:
1. Islam
2. Ahlu sunnah wal jamaah
3. Asy’ariyah atau Maturidiyah.
4. Shufiyyah
5. Pengikut salah satu 4 madzhab

Seseorang yang beraqidah yang benar adalah seorang Muslim, Sunni, Asy’ari, Shufi dan Bermadhab.
Artinya di zaman fitnah ini tidak cukup seorang itu dikatakan aqidahnya benar jika dia hanya menyebut dirinya sebagai seorang muslim saja. Sebab Islam sekarang bermacam-macam dan alangkah banyaknya Islam yang dipalsukan oleh musuh-musuh Allah.
Oleh sebab dalam irama pembuktian kebenaran akidah seorang muslim harus dilan-jutkan dengan ikrar bahwa dirinya adalah muslim ahlu sunnah wal jamaah .
Dan dengan jawaban sebagai muslim ahlu sunnah wal jamaah saja ternyata belum cukup karena adanya pemalsu-pemalsu ahlu sunnah wal jamaah yang mereka adalah musuh-musuh ahlu sunnah wal jamaah. Maka dari itu harus dilanjutkan ikrar bahwa dirinya adalah pengi-kut ahlu sunnah wal jamaah Asy’ariyah.
Dan orang yang mengatakan dirinya seba-gai Asy’ariy atau pengikut Imam Abul Hasan Al Asy’ari ternyata belum cukup, sebab ada sekelompok orang yang sepertinya menga-gungkan Imam Abul Hasan Al Asy’ari ternyata mereka adalah musuh-musuh Abul Hasan Al Asy’ari. Dan pengikut Imam Abul Hasan yang benar adalah mereka yang berani mengatakan dirinya adakah pengikut para Ahli Tasawuf (shufiyyah) di dalam ilmu mendekatkan diri kepada Allah. Maka seorang Asy’ari yang benar haruslah dia berkeinginan untuk menjadi seorang shufi dan mencintai ahli Tasawuf .
Termasuk fitnah besar akhir-akhir ini dimunculkan adalah tuduhan sesat kepada ahli tasawwuf. Dan memang kita akui ada segelintir orang yang menodai citra tasawwu.Dan itu tergolong orang yang sesat mengaku bertasaw-wuf. Adapun tasawuf adalah ilmu untuk mem-bersihkan hati dalam irama mencari ridho Alloh.
Maka sangat sesat orang-orang yang memusuhi tasawwuf biarpun dia mengaku ahlu-sunnah dan biarpun juga mengakui Abul Hasan Al-Asy’ari.
Dan yang terakhir adalah identitas ahlu sun-nah wal jamaah di dalam masalah fiqih mereka adalah orang-orang yang mengikuti kepada Imam Madzhab yang empat Imam Syafi’i, Imam Malik, Imam Abu Hanifah dan Imam Ahmad Bin Hambal. Dalam bahasa fiqh kita sering menyebut dengan istilah bertaqlid kepada salah satu dari imam 4 madhab.
Identitas terakhir ini juga sangat perlu dihadirkan sebab pada zaman akhir ini telah muncul orang yang mengaku ahlu sunnah wal jamaah akan tetapi dengan kesombongannya mereka merendahkan dan membenci taqlid bah-kan hingga sampai mencaci-maki dan meren-dahkan para ulama-ulama yang bertaqlid. Maka bertaqlid adalah termasuk ciri aqidah ahlusunnah wal jamaah yang benar.
Maka orang sesat adalah orang yang me-ngaku Islam tetapi bukan ahlissunah, mem-benci asy’ariyah,membenci tasawwuf dan tidak mau bermadhab.Ini adalah cara pintas untuk mengenali orang-orang yang beraqidah benar di tengah-tengah kesesatan ummat.

2-Manhaj Talaqqi

Talaqqi adalah pengambilan ilmu dengan memperhatikan kedisiplinan, kesinambungan, keilmuan antara guru dengan murid. Hal yang semacam ini sangat berarti dalam irama men-jaga dan mengkaji ahlu sunnah wal jamaah yang benar. Disini bukan berarti seseorang tidak boleh memperluas ilmu dengan cara membaca, akan tetapi disini lebih ditekankan kepada seseorang agar mempunyai dasar-dasar aqidah yang benar yang diambil dari guru yang jelas terlebih dahulu sebelum dia mengembara dengan akal pikirannya ke berbagai disiplin ilmu atau untuk menelaah pemikiran-pemikiran aqidah yang berbeda.
Dan pada dasarnya cara ini sudah mengakar dan membudaya di lingkungan pe-santren-pesantren salaf yang diasuh oleh para ulama dengan metode sorogan atau memindah ilmu dengan membaca kitab secara kalimat perkalimat dari awal hingga akhir. Seperti yang sangat kita sering dengar dengan pengenalan kitab-kitab aqidah, seperti Aqidatul awam, Jauharotut tauhid dan yang lainnya yang secara ilmiah terbukti itu adalah penjabaran dari aqidah ahlu sunnah wal jamaah. Maka menjaga mata rantai dan kesinambungan keilmuan seperti ini adalah sangat penting. Dan dalam pengamatan kenyataan di zaman ini kita tidak menemukan kesesatan kecuali disaat seseorang tersebut meninggalkan buku-buku aqidah para pendahulunya dan cara yang di anut oleh pendahulunya dalam mengambil lmu.
Ada 3 hal yang amat penting untuk kita cermati dalam masalah manhaj talaqqi terhadap kerusakan aqidah ahlu sunnah wal jamaah .

1. Dari awal pendidikan agamanya memang tidak dikenalkan dengan aqidah yang benar melalui kitab-kitab yang benar dengan manhaj talaqqi. Dalam hal ini bisa dibuktikan bahwa jika ada pesantren atau ada lembaga pendidikan yang tidak berpegang kepada manhaj talaqqi sudah tidak ada lagi maka yang terjadi adalah mudah tercemar oleh aqidah yang sesat.
2. Manhaj talaqqi masih di berlakukan akan tetapi itu hanya sekedar pembacaan rutin tanpa ditindaklanjuti kajian yang lebih dalam. Hal ini akan menjadikan seseorang akan mudah tercemar oleh aqidah-aqidah yang sesat karena disatu sisi mereka kurang mendalami aqidah yang mereka tekuni. Disisi lain virus kesesatan bertebaran melalui media-media yang saat ini menjadi lebih dekat kepada masyarakat seperti televisi, radio dan buletin-buletin yang semua itu lebih mudah dibaca dengan bahasa lokal yang mudah di fahami seiring berkem-bangnya dunia tehnologi. Semen-tara penyeru kesesatan pun sangat gigih dalam menyebarkan kesesatan.
3. Semangat ingin tahu kepada agama yang tinggi yang tidak dibarengi dengan bim-bingan seorang guru dan hanya hanya mengandalkan kemampuannya dalam membaca buku-buku yang ditemukannya di toko-toko buku atau yang dibaca melalui internet. Hal yang semacam inilah yang kami cermati telah benar-benar menjadikan aqidah kita semakin hari semakit keropos.

Kita bisa saksikan dengan para perusak aqidah telah dengan gigihnya membuat radio-radio, mencetak buku-buku murah dan gratis serta selebaran yang dibagi secara cuma-cuma
Sebagai contoh, di kebanyakan kota kabu-paten penyebar aqidah sesat itu berusaha untuk mempunyai radio karena mereka yakin dengan adanya radio mereka bisa mempengaruhi ma-syarakat luas yang sebenarnya dihati mereka ada kerinduan untuk mendalami ilmu agama. Dengan membuat stasiun radio ternyata tanpa kita sadari telah berpengaruh besar terhadap kesesatan.
Justru kita sebagai pembawa aqidah yang benar kita kurang berfikir maju untuk me-nguasai media informasi demi membendung arus penyesatan aqidah. Hubungannya dengan manhaj talaqqi yang kami sebut adalah kita jangan memulai belajar aqidah kecuali dengan manhaj talaqqi. Dan kita harus berusaha agar media-media yang ada dan juga toko-toko buku bisa dipenuhi oleh orang-orang yang mem-punyai aqidah yang benar dan menekuni manhaj talaqqi. Dan jangan membaca buku aqidah kecuali atas petunjuk guru yang mem-punyai manhaj talaqqi.

Hakekat Ahlu Sunnah Wal Jamaah
Ahlu sunnah wal jamaah adalah manhaj beraqidah yang benar dengan dua ciri. Pertama mereka sangat mencintai keluarga Nabi Muhammad SAW. Kedua, mereka juga sangat mencintai sahabat Nabi Muhammad SAW.
Maka tidak cukup orang mengaku ber-agama Islam akan tetapi dengan mudah mereka mencaci para sahabat nabi Muhammad SAW. Dan yang keluar dari ahli sunnah waljamaah model ini diwakili oleh kelompok Syi’ah (Syi’ah Imamiyah Itsnata ’asyariyah) dengan ciri khas paling menonjol dari mereka adalah mengagungkan ahlu bait Nabi Muhammad SAW akan tetapi merendahkan para sahabat Nabi Muhammad SAW.
Begitu juga tidak cukup orang mengaku Islam akan tetapi dia merendahkan ahlu bait Nabi Muhammad SAW. Dan yang keluar dari ahli sunnah waljamaah model ini diwakili mereka mempunyai ciri khas yaitu yang tidak peduli dengan urusan ahlul bait nabi Muhammad SAW mencoba merendahkan sayyidina Ali bin abi Tholib biarpun di sisi lain mereka mengakui para sahabat nabi Muhammad SAW .
Ringkasnya ahlu sunnah wal jamaah adalah mereka yang memuliakan ahlu bait dan sekaligus mengagungkan para sahabat Nabi Muhammad SAW.
Ada diantara orang-orang yang menga-ku mengagungkan dan memuliakan para saha-bat Nabi Muhammad SAW dan ahlu bait Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi mereka punya penafsiran-penafsiran tentang aqidah yang jauh dari kitab Allah dan sunnah Rasululloh SAW yaitu dari kaum jabariah dan qodariyah
Disaat seperti itu muncullah seorang yang dinobatkan sebagai Imam besar yang telah berusaha untuk membersihkan aqidah ahlu sunnah wal jamaah yang benar dari unsur luar dan menjerumuskan. Dan muncullah cetusan-cetusan ilmu aqidah yang benar yang dari masa ke masa dan menjadi pegangan umat Islam sedunia yaitu aqidah ahlu sunnah wal jamaah asy’ariyah.
Asy`ariyah adalah sebuah pergerakan pemikiran pemurnian aqidah yang dinisbatkan kepada Imam Abul Hasan Al-Asy`ariy. Beliau lahir di Bashrah tahun 260 Hijriyah bertepatan dengan tahun 935 Masehi. Beliau wafat di Bashrah pada tahun 324 H / 975-6 M.
Imam Al-Asy`ari pernah belajar kepada ayah tiri beliau yang bernama Al-Jubba`i, seorang tokoh dan guru dari kalangan Mu`ta-zilah. Sehingga Al-Asy`ari mula-mula men-jadi penganut Mu`tazilah, sampai tahun 300 H. Namun setelah beliau mendalami paham Mu`ta-zilah hingga berusia 40 tahun, terjadilah debat panjang antara beliu dengan gurunya, Al-Jubba`i dalam berbagai masalah. Debat itu membuatnya tidak puas dengan konsep Mu`ta-zilah dan beliau pun keluar dari paham itu dan kembali kepada pemahanan AhliSunnah Wal-jamaah.
Imam Al-Asy`ari telah berhasil mengem-balikan pemahaman sesat kepada aqidah yang benar dengan kembali kepada apa yang pernah di bangun oleh para salaf(ulama sebelumnya) dengan senantiasa memadukan antara dalil nash (naql) dan logika (`aql). Dengan itu belaiu berhasil melumpuhkan para pendukung Mu`ta-zilah yang selama ini menebar fitnah ditengah-tengah ummat Ahlus Sunnah. Bisa dikatakan sejak berkembangya aliran Asy`ariyah inilah Mu`tazilah berhasil diruntuhkan.
Dan kaum Asya’iroh dari masa ke masa selalu mempunyai peran dalam membela aqidah yang benar aqidah ahlisunnah waljamaah.
Dan terbukti dalam sejarah perkembangan Islam ulama Asya’irohlah yang memenuhi penjuru dunia. Merekalah ahli sunnah yang sesungguhnya.
Adalagi pakar aqidah yang semasa dengan Imam Abul Hasan Asy’ari yaitu Imam Abu mansur Almaturidi. Secara umum tidak ada perbedaan diantara keduanya. Hanya karena yang tersebar di Indonesia maka kami sebut lebih sering Asy’ariyah. BUYA YAHYA

Makna Ketulusan

Sahabatku, saat kita berbuat baik kepada tetangga atau tamu yang datang ke rumah kita. Ada makna kebaikan yang harus dicermati untuk bisa disebut sebagai ketulusan. Ketulusan sendiri adalah hal yang amat lembut bersembunyi di lubuk hati dan bukan kata terucap dengan lidah. Orang yang tidak beriman pun bisa berbuat baik kepada tetangga dengan memberi pertolongan, penghormatan atau santunan materi. Artinya berbuat baik kepada sesama itu hal yang lazim dilakukan, baik bagi yang beriman atau yang tidak beriman. Namun yang harus senantiasa kita cermati adalah hal yang akan menjadikan kebaikan itu bermakna, yaitu ketulusan. Perbuatan baik yang semata-mata kita lakukan hanya mengharap balasan dari Allah SWT.

Hati-hatilah ! Ternyata dalam ketulusan ada virus yang menghancurkan makna ketulusan, virus yang amat halus, sehalus ketulusan itu sendiri. Virus tersebut adalah riya' atau maksud yang tersembunyi di balik sebuah kebaikan yang dilakukan selain karena Allah. Rasulullah SAW pernah menggambarkan virus tersebut seperti lembutnya langkah semut hitam yang berjalan di kegelapan malam di atas batu hitam dan kita mungkin tidak menyadari atau bahkan tidak merasakan kapan masuknya virus tersebut tiba-tiba sudah ada di dalam hati kita.

Sahabatku, saat kita berbuat baik kepada seseorang, namun terasa perbedaan di hati kita saat orang tersebut bersyukur kepada kita atau tidak bersyukur. Atau jika senyum orang yang kita santuni ada makna dihati kita, itu artinya ketulusan kita telah terjangkit virus riya'. Jika kita masih membedakan peminta-minta yang datang ke rumah kita, jika dengan segala kesopanan lalu kita beri, sementara yang lain datang dengan kurang sopan lalu tidak kita beri, itu artinya ada virus riya' menjangkit ketulusan kita.

Sadarlah! dan sadarilah! Orang yang tidak tulus akan capek dengan kebaikannya. Begitu sebaliknya ketulusan akan menjadikan pelaku kebaikan dalam puncak kepuasan hati. Saat kita berbuat baik kepada tetangga hanya sebagai basa-basi sosial dan hanya mengharap balasan kebaikan dari tetangga baik berupa materi atau sekedar penjagaan rumah yang kebetulan berdampingan. Disaat kebaikan yang dinanti dari tetangga tidak kunjung didapat, maka rasa jengkel tersembunyi akan menguasai hati kita dan menghantarkan kita untuk menghitung-hitung kebaikan yang pernah kita lakukan. Atau jika ada seorang ustadz yang berceramah atau mengajar jika dibalik perjuangan ini yang diharapkan adalah imbalan baik materi atau sekedar sambutan penghormatan, maka sungguh akan terasa amat sangat lelah jika ternyata semua itu tidak didapat.

Berbeda dengan orang-orang yang tulus, mereka akan melakukan segala kebaikan dengan penuh kepuasan dan harapan ridho Allah SWT. Tidak merasa sakit jika tetangga yang diperlakukan baik tidak mengerti arti terimakasih, tidak merasa gundah disaat kebaikan mereka tidak dilihat dan dihargai oleh manusia. Sebab mereka hanya ingin kebaikannya dilihat oleh Allah SWT Yang Maha Melihat apa yang ada di hati hamba-hambaNYA. Wallahu a'lam bissawab. BUYA YAHYA

Valentine Day

Sebelum menjelaskan hukum merayakan valentine day kita harus tahu hakikat Valentine Day. Sebab slogan yang di angkat dalam valentine day adalah cinta atau hari kasih sayang, yang hal itu juga sangat diajarkan oleh Islam. Hal ini sangat mengundang kerancauan atau kesalah pahaman hingga banyak dari kaum muslimin tergesa-gesa menerima bahkan mengokohkan, membela dan ikut memeriahkanya. Padahal kalau kita cermati dengan seksama dan kita renungi permasalahannya maka akan sangat gamblang dan jelas hukumnya.

Dikatakan oleh para ulama “Alhukmu Ala Syaiin Far'un An Tasowwurihi” artinya menghukumi sesuatu itu harus tahu terlebih dahulu gambaran dari permasalahan yang akan di hukumi. Maksudnya" Jikalau orang ingin menghukumi sesuatu maka tentunya ia harus tahu benar akan sesuatu yang akan dihukumi supaya tidak salah. Gambaran sederhananya adalah, seseorang yang menjelaskan hukum halal dan haram diharuskan tahu dua hal: Pertama tahu hakikat halal dan haram. Halal adalah sesuatu yang direstui atau diizinkan oleh Allah SWT sedangkan haram adalah sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT dan mengundang murkaNya. Kedua tahu hakekat sesatu yang dihukumi halal atau haram. Dalam hal ini adalah masalah valentine day.

Valentine day adalah perayaan kejadian yang asal-usulnya sangat bertentangan dengan aqidah Islam. Sebelum orang nasrani merayakannya, valentine adalah hari memperingati “kelahiran tuhan” di Rumania yang mereka yakini. Kemudian di dalam sebagian masyakat nasrani valentine adalah hari untuk mengenang seorang tokoh nasrani Santo Valentino yang mati di hari itu yang akhirnya di abadikan dan dirayakan sebagai hari Valentine. Asal usul valentine banyak perbedaan hingga sebagian kaum nasrani Itali menolak perayaan hari valentine. Lebih dari itu Valentine Day itu sudah menjadi tradisi dan budaya yang dibesarkan oleh sekelompok orang dengan acara yang diwarnai dengan hal yang bertentangan dengan syariat Islam, mulai dari hura-hura, mabuk-mabukan dan bercampurnya laki-laki dan perempuan. Dan itu semua bukan budaya dan syiarnya orang yang beriman. Budaya semacam ini jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Oleh sebab itu maka merayakan Valentine Day berada di luar rambu-rambu ajaran Islam.
Jadi jika ada orang Islam yang mengikuti budaya itu berarti hukumnya adalah haram dengan dua keharaman.

- Pertama mengagungkan tokoh kafir Santo Valentino.
- Kedua membesarkan syiarnya orang fasiq dan orang yang tidak beriman.
Semoga Alloh memberi kepada kita kesadaran untuk menjauhi segala yang haram dan semoga mengampuni kita semua. wallohu a’lam bishshowab. BUYA YAHYA

DOSA BESAR

Rasullullah SAW bersabda: “alaa unabbiukum bi akbaril kabaa’ir?” ( Inginkah engkau aku beritahu tentang paling besarnya dosa-dosa besar? ) Nabi Muhammad mengucapkan 3 kali. “Qooluu..” Para sahabat Nabi menjawab: "Balaa yaa Rasuulallaah" ( Iya Ya Rasulallah, kami ingin tahu ).” Qoola…” Nabi Muhammad menjawab: "al-isyroku billaah" (menyekutukan Allah). "Wa 'uquuqul waalidaini" (Dan durhaka kepada kedua orang tua).

Menyekutukan Allah dan durhaka kepada orang tua, ini digolongkan sebagai dosa yang amat besar dan yang pertama menyekutukan Allah tidak akan diampuni dan yang kedua berdurhaka kepada orang tua ini mendekati dosanya orang melakukan syirik kepada Allah SWT.

Maka dari itu, ayo kita koreksi diri kita, orang tua kita yang sudah baik kepada kita kenapa kita masih sering membentak? Tingkah laku kita? Perilaku kita? dan Allah SWT melarang: "walaa taqul lahumaa uffin" (Jangan sampai engkau mengucapkan kalimat yang menunjukkan engkau jenuh tidak suka dengan orang tua). Kita semua harus koreksi diri, perilaku kita, kurang perhatian kita kepada orang tua, kecuekan kita kepada orang tua. Mentang-mentang orang tua baik kepada kita, akan tapi justru itu menjadikan sebab kita mengentengkan urusan kita dengan orang tua.

Ketahuilah !!! Seandainya pun orang tua ridho kepada kita jika kita durhaka, Allah tidak akan ridho. Seandainya orang tua mengucurkan air mata darah untuk mendo’akan sang anak, tapi anak itu durhaka, Do’a nya tidak akan sampai kepada anak. Mari kita koreksi, takutlah durhaka kepada orang tua. Ini adalah pesan kami untuk kami sendiri dan juga untuk sahabat semuanya.
Wallahu a’lam bis Showab. BUYA YAHYA

HUKUM SHOLAT MEMBAWA NAJIS

Assalamu’alaikum Wr.Wb
Buya saya mau bertanya. Bagaimana hukum sholat orang yang ketika sholat membawa najis, akan tetapi ia tidak tau,, ia tau ketika ia sudah keluar dari sholat ? apakah wajib diulang sholatnya ?

Wa’alaikumsalam Wr.Wb
Salah satu syarat sahnya sholat adalah mensucikan dan menghindar dari najis di badan, pakaian dan tempat yang bersentuhan dengan anggota tubuhnya saat sholat. Maka jika ada orang melakukan sholat dengan membawa najis maka sholatnya adalah tidak sah baik ia mengetahui saat sebelum sholat atau setelahnya, sesuai yang ditanyakan asal orang yang sholat tersebut meyakini bahwa najis yang ada pada pakaiannya itu ada disaat sebelum atau disaat ia tengah sholat maka sholatnya adalah tidak sah dan wajib mengulangnya. Berbeda jika ia melihat najis tersebut setelah selesai sholat dan ia menduga bahwa najis tersebut menimpanya setelah sholat maka sholatnya dianggap sah.
Wallahu ‘alam Bishshowab. BUYA YAHYA

HUKUM MENJAWAB SALAM NON MUSLIM DAN MAKNA MASYA ALLAH

Assalmu ‘Alaikum WR. WB.
Buya, wahyu mau tanya apa hukum menjawab salam tapi dari agama yg berbeda, dan apa makna dari ucapan "MASYA ALLAH" apakah ucapan itu boleh keluar dari mulut orang yg beda agama, dan apa hukumnya ?
terima kasih wassalamualaikum

Wa’alaikum Salam WR. WB.
Salam adalah doa untuk keselamatan di dunia dan akhitrat . Menjawab salam kepada orang yang berbeda agama tidak diperkenankan sebab yang harus kita panjatkan untuk mereka adalah doa agar diberi hidayah. Adapun arti Masya Alloh adalah apa-apa yang Alloh kehendaki. Kalau kalimat ini diucapkan oleh orang yang bukan muslim hukumnya boleh-boleh saja sebab maknanya tetap benar diucapkan oleh siapa saja.
Wallahu A’lam bisshowab. BUYA YAHYA

APAKAH MEMBICARAKAN ORANG LAIN ITU MEMBATALKAN PUASA

Assalamu ‘Alaikum WR.WB.
Buya Yahya saya mau bertanya, saya kan sedang puasa tapi saya selalu membicarakan orang apakah puasa saya batal, dan saya dapat dosa tidak? padahal saya membicarakan kebagusan orang itu?

Wa’alaikum Salam WR. WB.
Membicarakan orang lain bukan termasuk 9 hal yang membatalkan puasa. Akan tetapi para Ulama menjelaskan bahwa membicarakan kejelekan orang lain menjadikan pahala puasa yang dilakukan akan habis. Dan tidak hanya sampai di situ saja akan tetapi dosa menggunjing adalah sungguh amatlah sangat besar. Jika perzinaan adalah hina dan sangat hina maka menggunjing adalah lebih hina dari itu semua. Oleh sebab itu mari kita senantiasa menjaga lidah kita dari menggunjing orang lain. Adapun membicaran kebaikan orang lain jika maksudnya adalah baik misalnya sebagai contoh untuk ditiru maka hal itu adalah seuatu yang sangat dianjurkan. Jadi membicarakan kebaikan orang lain bukanlah menggunjing yang dilarang, tidak membatalkan puasa dan tidak menghilangkan pahalanya bahkan justru menambah pahala. BUYA YAHYA

AMALAN DI BULAN SYA'BAN

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ يَارَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ سُبْحَانَكَ لاَنُحْصِيْ ثَنَاءًا عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلىَ نَفْسِكَ فَلَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ عَلىَ ذَلِكَ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ الْبَشِيْرِ وَالنَّذِيْرِ الَّذِيْ تَنْفَتِحُ بِهِ أَبْوَابُ الْخَيْرِ وَتَنْغَلِقُ بِهِ أَبْوَابُ الشَّرِّ وَعَلَى آلِهِ اْلأَطْهَارِ وَأَصْحَابِهِ الأَخْيَارِ.
وَلاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيٍّ الْعَظِيْمِ,أَمَّا بَعْدُ.


Sya’ban adalah salah satu bulan yang mulia. Bulan ini adalah pintu menuju bulan Ramadhan. Siapa yang berupaya membiasakan diri bersungguh-sungguh dalam beribadah di bulan ini, ia akan akan menuai kesuksesan di bulan Ramadhan.

Dinamakan Sya’ban, karena pada bulan itu terpancar bercabang-cabang kebaikan yang banyak (yatasya’abu minhu khairun katsir). Menurut pendapat lain, Sya’ban berasal dari kata Syi’b, yaitu jalan di sebuah gunung atau jalan kebaikan. Dalam bulan ini terdapat banyak kejadian dan peristiwa yang sangat perlu diperhatikan oleh kaum muslimin. Dan pada bulan ini juga ada beberapa amalan yang biasa dilakukan oleh para Salafuna sholih untuk mempersiapkan dan melatih diri dengan memperbanyak ibadah dalam rangka menyambut bulan Ramadhan.
Diantara amalan tersebut adalah :

1. Puasa

Puasa di bulan Sya’ban itu termasuk disunnahkan karena untuk melatih agar nanti ketika Ramadhan tiba sudah terbiasa dengan puasa. Selain itu bulan ini juga banyak dilalaikan oleh manusia sebagaimana yang dijelaskan dalam beberapa hadits. Namun kita tidak perlu mengkhususkan hari tertentu dari bulan Sya’ban untuk berpuasa karena tidak ada hadits yang benar secara khusus menentukan hari tertentu untuk puasa. Yang ada adalah riwayat yang menjelaskan anjuran puasa bulan Sya’ban secara umum.

2. Menghidupkan Malam Nishfu Sya’ban

Jumhur ulama berpendapat bahwa menghidupkan malam Nishfu Sya’ban hukumnya adalah sunnah baik dengan cara beribadah secara bersama-sama atau sendiri-sendiri dan kita boleh mengisinya dengan bermacam-macam ibadah seperti puasa, sholat dan lain sebagainya. Dan itulah yang dilakukan para Ulama dalam menghidupkan malam Nishfu Sya’ban.

A. Keutamaan Bulan Sya’ban

Disebutkan dalam beberapa hadits Shohih tentang keutamaan Bulan Sya’ban yang sungguh sangat diperhatikan oleh Nabi Muhammad SAW.

1. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim :

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ . فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِى شَعْبَانَ

Diriwayatkan dari Sayyidah Aisyah RA beliau berkata : “Rasulullah SAW biasa berpuasa, sampai kami katakan bahwa beliau tidak berbuka. Beliau pun berbuka sampai kami katakan bahwa beliau tidak berpuasa. Aku tidak pernah sama sekali melihat Rasulullah ShallAllohu 'Alaihi Wasallam berpuasa secara sempurna sebulan penuh selain pada bulan Ramadhan. Aku pun tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada berpuasa di bulan Sya’ban.” (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)

2. Hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Imam Abu Dawud dan Imam Nasa’i dan Imam Ibnu Khuzaimah dan beliau katakan hadits ini adalah shohih

عَنْ أُسَامَةَ بْنَ زَيْدٍ قَالَ : قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ, لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنْ الشُّهُورِ مَا تَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ, قَالَ : ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ, وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ, فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

Dari Usamah bin Zaid berkata: Aku bertanya : Wahai Rasulullah, aku tidak melihatmu berpuasa seperti engkau berpuasa di bulan Sya’ban (karena seringnya), beliau menjawab: “Bulan itu adalah bulan yang dilalaikan oleh banyak orang, yaitu antara Rojab dan Ramadhan, di bulan itu diangkat amal-amal kepada Alloh Tuhan semesta alam, dan aku ingin amalku diangkat dalam keadaan aku berpuasa”.

3. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim :

عَنْ عَائِشَةَ لَمْ يَكُنِ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم– يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

Dari Sayyidah A’isyah ra beliau berkata : Rasulullah ShallAllohu 'Alaihi Wasallam tidak biasa berpuasa satu bulan lebih banyak dari bulan Sya’ban. Sesungguhnya Rasulullah SAW berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya.” (HR. Imam Bukhari no. 1970 dan Imam Muslim no. 1156)
Dalam lafazh Imam Muslim menyebutkan riwayat dari Sayyidah ‘Aisyah radhiyAllohu ‘anha dengan sedikit berbeda.

كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلاَّ قَلِيلاً

“Nabi ShallAllohu 'Alaihi Wasallam biasa berpuasa pada bulan Sya’ban seluruhnya dan hanya sedikit saja hari-hari berbuka beliau di bulan sya’ban” (HR. Imam Muslim no. 1156)
Dari Riwayat-riwayat tersebut di atas sungguh sangat jelas bahwa Nabi Muhammad SAW sangat memperhatikan Bulan Sya’ban dengan berpuasa.

B. Keutamaan Malam Nishfu Sya’ban

Tentang keutamaan malam Nishfu Sya’ban telah banyak hadits dari Nabi Muhammad SAW diantaranya adalah :

1. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, Imam Ahmad Bin Hanbal dan Imam Ibnu Hibban beliau berkata hadits ini shohih yaitu :

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ : فَقَدْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً فَخَرَجْتُ فَإِذَا هُوَ بِالْبَقِيعِ فَقَالَ أَكُنْتِ تَخَافِينَ أَنْ يَحِيفَ اللَّهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ لِأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعْرِ غَنَمِ كِلَبٍ

Dari Sayyidah Aisyah ra beliau berkata : “Aku kehilangan Rasulullah SAW pada suatu malam,. Kemudian aku keluar dan aku menemukan beliau di pemakaman Baqi’ Al-Ghorqod” maka beliau bersabda “Apakah engkau khawatir Alloh dan Rasulnya akan menyia-nyiakanmu?” Kemudian aku berkata : “Tidak wahai Rasulullah, sungguh aku telah mengira engkau telah mendatangi sebagian isteri-isterimu”. Kemudian Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya Alloh menyeru hambanya di malam Nishfu Sya’ban kemudian mengampuninya dengan pengampunan yang lebih banyak dari bilangan bulu domba Bani Kilab (maksudnya pengampunan yang sangat banyak)”. (HR. Imam Tirmidzi, Imam Ibnu Majah, Imam Ahmad Bin Hanbal dan Imam Ibnu Hibban beliau berkata hadits ini shohih)
Domba Bani Kilab adalah gerombolan Domba terbanyak di Jazirah Arab di waktu itu.

2. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan Imam Baihaqi :

عَنْ عَلِيِّ بْنِ أَبِيْ طَالِبٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ: إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَ صُوْمُوْا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللهَ تَعَالَى يَنْزِلُ فِيْهَا لِغُرُوْبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُوْلُ: أَلاَ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ ! أَلاَ مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ ! أَلاَ مُبْتَلَى فَأُعَافِيَهُ ! أَلاَ كَذَا… أَلاَ كَذَا… حَتَّى يَطْلُعَ الفَجْرُ

Dari Sayyidina Ali bin Abu Thalib bahwasanya Rasulullah bersabda, “Apabila tiba malam Nishfu Sya’ban, shalatlah pada malam harinya dan puasalah di siang harinya karena Alloh menyeru hambanya di saat tenggelamnya matahari, lalu berfirman, ‘Adakah yang meminta ampun kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuninya, Adakah yang meminta rizki kepada-Ku, niscaya akan memberinya rizki, Adakah yang sakit, niscaya Aku akan menyembuhkannya, Adakah yang demikian (maksudnya Alloh akan mengkabul hajat hambanya yang memohon pada waktu itu)…. Adakah yang demikian…. Sampai terbit fajar.”

3. Hadits yang diriwayatkan Imam Abu Nu’aim dan dikatakan shohih oleh Imam Ibnu Hibban begitu juga Imam Thabrani berkata semua perowinya adalah orang yang dapat dipercaya (Tsiqah) :

عَنْ مُعَاذٍ بِنْ جَبَلٍ ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ يَطَّلِعُ اللهُ تَبَارَكَ وَ تَعَالَى إِلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ, فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ, إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

Dari Sayyidina Mu’ad Bin Jabal, dari Nabi SAW beliau berkata : “Alloh Tabaraka wa Ta’ala melihat kepada makhluk-Nya pada malam Nishfu Sya’ban, lalu Alloh mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.”
4. Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, dari Abu Musa Al-Asy’ari r.a. :

عن أبي موسى الأشعري رضي الله عنه عن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال:
إن الله ليطلع في ليلة النصف من شعبان فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو منافق.

Dari Abu Musa Al-asy’ari r.a. , dari Rasulullah SAW, beliau berkata :
“ Sesungguhnya Allah SWT melihat kepada hambaNya di malam nishfu Sya’ban maka Allah SWT mengampuni semua makhlukNya kecuali orang yang menyekutukan Allah atau orang munafik “

C. KOMENTAR PARA ULAMA TENTANG MALAM NISHFU SYA’BAN

1. Al-Hafidz Ibnu Rojab AlHambali berkata dalam kitabnya Lathoiful Ma’arif hal 199 – 201:

وليلة النصف من شعبان كان التابعون من أهل الشام كخالد بن معدان و مكحول ولقمان بن عامر وغيرهم يعظمونها ويجتهدون فيها في العبادة ،وعنهم أخذ الناس فضلها وتعظيمها ، ... ((لطائف المعارف)) ص199-201

“Dan malan nishfu sya’ban adalah malam yang para tabi’in negara syam seperti kholid bin Ma’dan, Makhul, Luqman Bin Amir dan yang lainnya mereka mengagungkan malam Nishfu Sya’ban dan mereka bersungguh-sungguh dalam beribadah di malam tersebut. Dan dari mereka lah umat islam mengambil faham keutamaannya dan keagungannya.”
Dan ibnu hajar melanjutkan :

واختلف علماء أهل الشام في صفة إحيائها على قولين: أحدهما: أنه يستحب إحياؤها جماعة في المسجد. كان خالد بن معدان ولقمان بن عامر وغيرهما يلبسون فيها أحسن ثيابهم ويتبخرون ويكتحلون ويقومون في المسجد ليلتهم تلك. ووافقهم إسحاق بن راهوية في ذلك وقال في قيامها في المساجد جماعة: ليس ذلك ببدعة.

Ulama Syam berbeda pendapat dalam menghidupkan malam Nishfu Sya’ban :

Pendapat Pertama : Disunnahkan menghidupkannya secara berjamaah di masjid. Dan para ulama tersebut di atas mereka mengenakan pakaian yang paling bagus yang mereka miliki serta membakar kayu harum dan menggunakan celak. Mereka melakukan sholat di masjid pada malam itu. Dan pendapat ini di setujui oleh Ishaq Ibnu Rohawih dan beliau berkata ”Ini bukanlah sebuah bid’ah”

وقال الشافعي: بلغنا أن الدعاء يستجاب في خمس ليال: ليلة الجمعة، والعيدين، وأول رجب، ونصف شعبان

Berkata Imam Syafi’i : Telah sampai berita kepada kami bahwa doa akan di Kabul di lima malam, malam jum’at, malam 2 hari raya, dan Awal Rajab Dan Nifsu Sya’ban.

2. Imam Adz-Dzahabi dalam kitabnya Tadzkirotul Khufadz juz 4 hal 1328 disaat menjelakan biografinya Ibnu Asyakir beliau katakana :

أبو القاسم بن عساكر، صاحب التصانيف ....قال ولده المحدِّث بهاء الدين القاسم: كان أبي رحمه الله مواظباً على الجماعة والتلاوة، يَختم كل جمعة، ويختم في رمضان كل يوم، ويعتكف في المنارة الشرقية - من جامع دمشق -،وكان كثير النوافل والأذكار، ويُحيي ليلة النصف - من شعبان - والعيد بالصلاة والذكر

“Ibnu Asyakir adalah seorang hafidz muhaddits Syam yang mempunyai banyak karangan, berkata putra Ibnu Asyakir, yaitu Baha Uddin Al-Qosim berkata “Ayahku (Ibnu Asyakir) selalu berjamaah serta membaca Al-Qur’an dan hatam setiap jum’at dan setiap hari di bulan ramadhan dan selalu ber i’tikaf di menara Asyarqiyah di Damaskus. Beliau selalu memperbanyak sholat sunnah dan dzikir serta menghidupkan malam Nishfu sya’ban dan malam ‘id dengan sholat dan dzikir .

3. Berkata Imam Ibnu Haj dalam kitabnya Al-Madkhol juz 1 hal 257 :

وبالجملة فهذه الليلة وإن لم تكن ليلة القدر فلها فضل عظيم وخير جسم، وكان السلف رضي الله عنهم يعظّمونها ويشمّرون لها قبل إتيانها، فما تأتيهم إلا وهم متأهّبون للقائها والقيام بحرمتها، على ما قد عُلم من احترامهم للشعائر... ))

Fasl malam nishfu sya’ban Kesimpulannya “Malam Nishfu sya’ban meskipun bukan malam lailatul qodar akan tetapi adalah malam yang mempunyai keutamaan yang sangat agung dan kebaikan yang sangat banyak. Ulama salaf mengagungkannya serta bersungguh-sungguh dalam menyambut kedatangannnya. Dan tidak datang malam Nishfu sya’ban kepada mereka kecuali mereka sudah siap menghidupkannya seperti yang telah diketahui dari mereka bahwa mereka adalah orang-orang yang mengagungkan syiar Alloh

4. Berkata Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa nya, (Ibnu Taimiyah adalah tokoh kebanggaan orang-orang yang mengingkari kegiatan di Malam Nishfu Sya’ban). Ibnu Taimiyah berfatwa :

إذا صلى الإنسان ليلة النَّصف وحده أو في جماعة خاصة كما كان يفعل طوائف من المسلمين فهو : حسن. ((مجموع الفتاوى)) ج 23 ص131

“Apabila ada orang sholat di malam Nishfu Sya’ban dengan sendirian atau berjama’ah sebagaimana yang dilakukan sebagian kaum muslimin itu merupakan hal yang baik”.

وأما ليلة النصف فقد روي في فضلها أحاديث وآثار ،ونقل عن طائفة من السلف أنهم كانوا يصلون فيها ، فصلاة الرجل فيها وحده قد تقدمه فيه سلف وله فيه حجة فلا يُنْكَر مثل هذا ، أمَّا الصلاة جماعة فهذا مبني على قاعدة عامة في الاجتماع على الطاعات والعبادات...

Beliau juga berkata dalam kitab yang sama hal 132 “Adapun keutamaan malam Nishfu Sya’ban telah diriwayatkan dari hadits-hadits dan atsar (perkataan para sahabat dan tabi’in) dan sejumlah dari ulama salaf sesungguhnya mereka menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan sholat. Adapun sholatnya seseorang dengan sendirian pada malam Nishfu Sya’ban cara seperti itu telah dilakukan oleh ulama salaf dan dengan hujjah-hujjah (dalil-dalil) yang jelas maka hal ini tidak boleh di ingkari. Adapun sholat jamaah yang mereka lakukan di malam Nishfu Sya’ban ini berdasarkan atas qoidah umum bahwa dianjurkan berkumpul dalam melakukan ketaatan dan ibadah.
Ibnu Taymiyah menjelaskan dalam kitab Iqtidho Shirotol Mustaqim hal 266 :

ليلة النصف من شعبان. فقد روي في فضلها من الأحاديث المرفوعة والآثار ما يقتضي: أنها ليلة مُفضَّلة. وأن من السلف من كان يخصّها بالصلاة فيها، وصوم شهر شعبان قد جاءت فيه أحاديث صحيحة. ومن العلماء من السلف، من أهل المدينة وغيرهم من الخلف: من أنكر فضلها، وطعن في الأحاديث الواردة فيها، كحديث:{ إن الله يغفر فيها لأكثر من عدد شعر غنم بني كلب} وقال: لا فرق بينها وبين غيرها. لكن الذي عليه كثير من أهل العلم؛ أو أكثرهم من أصحابنا وغيرهم: على تفضيلها، وعليه يدل نص أحمد، لتعدد الأحاديث الواردة فيها، وما يصدق ذلك من الآثار السلفيَّة، وقد روي بعض فضائلها في المسانيد والسنن. وإن كان وضع فيها أشياء أُخر ))

Malam Nishfu sya’ban keutamaannya telah diriwayatkan dari banyak hadits-hadits dan atsar (perkataan sahabat dan tabi’in) yang kesimpulannya, “Malam Nishfu sya’ban adalah malam yang diutamakan”. Dan sebagian ulama salaf ada yang mengkhususkannya dengan melakukan ibadah sholat. Dan berpuasa di bulan Sya’ban telah diriwayatkan dari hadits-hadits yang shohih. Ada sebagian ulama salaf dari penduduk kota madinah dan juga sebagian ulama kholaf yang mengingkarinya dan berusaha mencederai hadits-hadits yang menunjukan keutamaannya seperti hadits : “Sesungguhnya Alloh mengampuni di malam Nishfu Sya’ban terhadap dosa dengan pengampunan yang lebih banyak dari bulu domba bani kilab”.
Setelah Mereka yang mencederai hadits tersebut akhirnya mereka berkata bahwa tidak ada perbedaan diantara bulan sya’ban dan bulan lainnya.
Akan tetapi kebanyakan ulama-ulama salaf telah mengutamakan (menghidupkan) malam Nishfu Sya’ban sebagaimana nash riwayat yang jelas dari Imam Ahmad karena banyaknya hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaannya dan juga karena banyaknya perkataan-perkataan dari para ulama salaf yang tersebut dalam kitab musnad-musnad dan sunan-sunan. Meskipun memang ada beberapa riwayat yang lain yang dipalsukan.”

Kesimpulan :

Bagi siapapun yang ingin menyampaikan kebenaran harus jujur dan amanat karena ada ancaman hukuman berat dari Alloh SWT bagi pengkhianat-pengkhianat. Ada sebagian kaum muslimin yang mendustakan semua hadits-hadits yang berkenaan dengan keutamaan Bulan Sya’ban dan Menghidupkan Malam Nishfu Sya’ban. Sungguh dikhawatirkan mereka akan dihukum oleh Alloh karena telah berdusta atas Nabi Muhammad SAW.
Dan memang ada beberapa riwayat palsu tentang keutamaan menghidupkan Malam Nishfu Sya’ban. Akan tetapi bagi orang yang takut kepada Alloh SWT haruslah jujur, yang palsu harus dibuang akan tetapi jika ada riwayat yang telah dianggap benar (shohih) oleh Ahli Hadits tidak ada bagi kita kecuali menginshafi dan menerimanya. Bahkan jika seandainya tidak ada riwayat yang benar dan hanya ada yang dhoif hal tersebut oleh para ulama masih bisa digunakan untuk memacu amal baik dengan syarat-syaratnya. Apalagi sudah terbukti ada beberapa ahli hadits yang menghukumi keshohihanya.
Dan telah disebutkan perkataan sebagian dari ulama-ulama yang menyeru untuk menghidupkan malam Nishfu Sya’ban dengan dzikir sholat dan lain-lain. Maka jika ada orang di akhir zaman ini yang dengan lantang berkata bahwa ulama terdahulu tidak pernah menghimbau menghidupkan malam Nishfu Sya’ban lalu mereka katakan menghidupkan malam Nishfu Sya’ban adalah bid’ah, maka orang tersebut adalah salah satu dari dua.
Pertama ; mereka adalah orang yang tidak mengetahui para ulama salaf. Jika demikian adanya orang-orang tersebut tidak perlu di ikuti karena sempitnya wawasan tentang ulama salaf. Bahkan Dia telah kurang ajar kepada ulama terdahulu.
Kedua ; mereka telah mengetahui apa yang telah disebutkan oleh para ulama salaf di atas hanya karena kecurangan mereka, mereka sembunyikan kebenaran ini karena menuruti hawa nafsu. Dan kita pun tidak perlu mengikuti orang yang mengikuti hawa nafsu.
Dan bagi kita adalah tidak ada pilihan lain kecuali “Mengikuti ulama-ulama yang menghimbau dan menghidupkan malam Nishfu Sya’ban”.
Cara menghidupkan malam Nishfu Sya’ban adalah dengan memperbanyak amal-amal yang diajarkan oleh Rosulullah SAW seperti melakukan sholat sunnah hajat, sholat sunnah tasbih, sholat sunnah witir atau dengan bersholawat, berdzikir, beristighfar dan membaca Al-Qur’an atau membaca ilmu yang menjadikan kita semakin dekat kepada Alloh SWT.
Wallohu a’lam Bishshowab. BUYA YAHYA