Histats

Wednesday 17 September 2014

Hati-hati Penyakit Hati

Sesungguhnya tidak ada yang lebih kita inginkan di dunia ini selain ridho-Nya. Sholat, puasa, zakat, menafkahi keluarga dengan rezeki halal dan amalan-amalan lain semua ditujukan untuk mendapatkan keridhoan-Nya.  Karena apabila Allah SWT sudah ridho dengan kita, maka kenikmatan utama yaitu syurga dan perjumpaan dengan-Nya yang akan menjadi hadiahnya.
Adakalanya dalam ibadah kita merasa amat bersemangat seperti pada awal bulan Ramadhan. Begitu penuh shaf-shaf di masjid. Kita amat bernafsu memburu pahala. Namun, ada kalanya kita sangat loyo dan tidak bersemangat dalam beribadah. Bisa jadi kemalasan ini disebabkan dosa-dosa yang kita lakukan sehingga hati tertutupi noda hitam dan tidak tergetar saat mendengar seruan adzan. Kita harus segera bercermin, jangan-jangan ada penyakit di hati kita hingga gelora semangat ibadah menurun drastis.
Hati yang sakit, apabila tidak segera dirawat lama kelamaan akan mati. Mirip seperti sakit yang menimpa badan, jika tidak dibawa ke dokter dan meminum obat maka bisa jadi tinggal menunggu sakaratul maut. Ulama mengatakan ada 2 tanda-tanda hati yang mulai mati. Pertama, bahwa ia tidak merasa gundah bahkan menikmati saat melakukan maksiat. Hati yang telah mati tertutup oleh noda- noda dosa yang semakin lama semakin tebal sehingga tertutup semuanya. Hati yang telah mati menganggap keburukan dan dosa-dosa yang diperbuatnya terlihat indah. Syaithan membuat seolah- olah yang diperbuatnya merupakan kebaikan padahal sebenarnya akan menjerumuskannya ke dalam jurang siksa neraka.
Tanda kedua dari hati yang mati yaitu tidak merasa terpanggil ketika diperintah Allah SWT. Mendengar adzan hatinya sama sekali tidak bergetar dan enggan melangkahkan kaki menuju masjid. Mendengarkan Al-Quran merasa bosan dan malah menghindarinya. Ada pengajian di samping rumah malah memilih aktivitas tidak bermanfaat lainnya. Naudzubillah, semoga kita tidak termasuk yang hatinya sakit.
Sahabat Saling Sapa yang dirahmati Allah SWT,
Terdapat 6+1 sumber penyebab penyakit hati. Segala jenis kemaksiataan dan dosa yang dilakukan manusia memiliki kaitan dengan sumber-sumber ini. Penyakit pertama dan kedua yaitu hasad dan sombong. Hasad adalaha susah melihat orang senang dan senang melihat orang susah serta ingin agar kenikmatan yang diterima orang lain berpindah kepada dirinya. Sifat hasad ini erat kaitannya dengan sifat sombong. Makhluk yang pertama kali sombong adalah iblis. Iblis merasa dirinya lebih mulia daripada Adam as dan iblis pula tidak terima mengapa yang dijadikan khalifah di muka bumi adalah Adam as, bukan dia.
Penyakit kedua dan ketiga adalah tamak dan bakhil. Adam dan Hawa sudah berada di syurga dengan segala kenikmatan dan kemudahan yang merupakan karunia Allah SWT. Tidak perlu bersusah payah dalam mencari makanan karena buah-buahan tersedia melimpah dan tidak perlu usaha untuk meraihnya. Namun, atas bujuk rayu iblis yang membisikkan bahwa buah khuldi ini dilarang didekati karena akan membuat kekal, rasa tamak muncul dan membuat Adam Hawa memakan buah itu. Seringkali kita juga terus menerus ingin memiliki dan memiliki. Satu rumah, dua rumah, tiga rumah tidak cukup bahkan jika bisa satu kota akan dibeli. Di sisi lain tangan terasa berat untuk berbagi kepada sesama bahkan zakat yang wajibpun masih juga menghindar.
Penyakit ketiga dan keempat yaitu dusta dan amarah. Lagi-lagi iblis yang pertama kali melakukan dusta yaitu ketika menipu Adam dan Hawa tentang buah khuldi. Karena dusta ini akhirnya Iblis dilaknat selama lamanya. Karena dusta ini Adam as dan Hawa terbujuk dan memilih jalan yang salah. Sedangkan sifat marah diwakili kisah Habil dan Qabil. Dua saudara yang merupakan putra dari seorang nabi. Qabil yang terbakar amarah karena yang dia inginkan tidak tercapai, hasud dan menentang perintah Allah SWT pada akhirnya membunuh saudaranya Habil dan melakukan pembunuhan pertama di dunia.
Penyakit ketujuh yaitu keras kepala meskipun sudah jelas kesalahan ada pada dirinya. Mari kita ambil kembali contoh kisah Qabil dan Habil. Perintah Allah kepada Nabi Adam yaitu menikahkan secara silang putra-putrinya. Namun Qabil keras kepala dan tidak mau menerima. Kemudian diperintahkan untuk mempersembahkan pengorbanan terbaik dan lagi-lagi Qabil justru memberikan hasil pertaniannya yang buruk. Setalah keputusan Allah SWT bahwa kurban Habil yang diterima, Habil bukannya istigfar dan berintrospeksi diri malahan terbakar amarah dan membunuh saudaranya, naudzubillah.
Sahabat Saling Sapa yang dirahmati Allah SWT,
Pernahkah kita memiliki penyakit-penyakit hati diatas? Mungkin satu atau beberapa diantaranya dan dalam skala yang lebih kecil? Jika pernah, mari kita tekadkan untuk segera mengobati penyakit tersebut. Pertanyaan berikutnya adalah apakah obat dari penyakit-penyakit hati? Apakah sama dengan penyakit jasmani?
Jawabannya tentu berbeda obat untuk sakit hati. Marilah kita renungkan obat penangkal dan penyembuh penyakit hati berikut:
Obat dari hasad adalah mahabbah/cinta
Pernahkah kita menemui orangtua yang hasad pada anaknya? Atau justru orangtua akan bangga jika penerusnya jauh lebih baik daripada orangtuanya yang sekarang? Orangtua dapat bersikap demikian karena rasa cinta yang besar kepada anaknya sehingga menjadikan tolak ukur sukses bukan pada dirinya namun pada anaknya. Marilah kita mulai untuk mencintai saudara kita dengan tulus, tanpa ada kepentingan apapun di belakang sehingga sukses saudara seiman akan ikut kita syukuri setulus hati.
Obat dari sombong adalah tawadhu’
Dalam masyarakat modern, hal-hal yang biasa disombongkan adalah kedudukan, kekayaan, kecantikan dan kepandaian. Pernahkan kita merenung, bahwa sesungguhnya Allah SWT pemilik dari semua itu? Kita bisa bekerja mencari rezeki dan mendapat kekayaan tiada lain karena Allah SWT memberikan kita kesehatan, kelengkapan anggota badan, pikiran yang sehat dan lain-lain. Jadi, sejatinya kita ini ada dalam posisi “tangan di bawah” karena semua modal kita dari-Nya. Kesadaran atas ini akan membawa kita pada pribadi yang tawadhu’, pribadi yang rendah hati meskipun dia kaya, cantik, pandai, berkuasa, ahli sedekah namun keinsyafannya atas posisi diri sebenarnya di hadapan Allah SWT mengalahkan rasa sombong yang mungkin timbul.
Obat dari tamak adalah qona’ah
Maukah anda diberikan satu rumah lagi meskipun sudah memiliki 10 buah? Diberikan 5 lagi, 10 lagi, 100 lagi? Manusia tidak pernah puas atas apa yang dimilikya. Satu gunung emaspun tidak cukup untuk memenuhinya. Oleh karena itu, kita perlu menangkalnya dengan sikap qona’ah, sikap diri yang merasa cukup atas segala pemberian Allah SWT. Rasa cukup ini akan melahirkan kesyukuran dan kesyukuran ini justru akan dibalas oleh-Nya dengan kecukupan bahkan keberlimpahan.
Obat dari bakhil adalah sedekah
Tiada obat yang lebih manjur untuk melawan bakhil melainkan sedekah. Penyakit bakhil ini biasanya ikutan dari tamak. Sifat tamak dan rakus dan selalu ingin menerima lebih dari orang lain memiliki sisi lain yaitu sulit sekali untuk melakukan pemberian atau bakhil. Padahal dalam sejarah dunia di manapun, tidak pernah ada cerita orang yang miskin karena sedekah. Fakta yang ada malah menunjukkan bahwa pribadi yang gemar sedekah akan diangkat derajatnya di dunia dan di akhirat.
Obat dari bohong adalah ihsan
Pernahkah kita berbohong tentang sesuatu sedangkan lawan bicara kita sangat tahu sesuatu yang kita bicarakan? Dengan kondisi diatas tentu saja tidak akan pernah orang berbohong. Saudaraku, Allah adalah Al-Bashir, Al-Aliim, Allah Maha Melihat dan Maha Tahu segala perbuatan kita bahkan gerak gerik hati. Oleh karena itu, sifat ihsan yaitu merasa selalu diawasi oleh Allah SWT ini menjadi obat manjur untuk penyakit bohong.
Obat dari marah yaitu sabar
Orang yang kuat adalah orang yang mampu menahan amarah. Perasaan amarah ini yang telah membuat Qabil membunuh Habil, saudaranya sendiri. Rasulullah memerintahkan kita untuk tidak marah. Apabila ingin marah sedangkan posisi kita berdiri, maka kita diperintahkan untuk duduk. Apabila masih marah maka berbaring. Dan jika masih marah maka berwudhu. Jika masih marah maka sholat 2 roka'at. Apabila masih marah juga mintalah hati yang lain karena hatimu sudah mati. Mari kita jadikan sabar sebagai bagian dari kepribadian kita.
Obat dari keras kepala adalah taubat
Allah SWT adalah Al-Ghafar, Dialah yang maha pengampun. Seluas dan sebesar apapun dosa dan kesalahan yang dilakukan oleh hamba, sesungguhnya ampunan-Nya lebih luas. Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran: 133, "Dan bersegeralah kalian menuju ampunan dan syurga Allah, yang luasnya seluas langit dan bumi, yang hanya disediakan bagi orang-orang bertaqwa”. Maka tinggal kita sebagai hamba-Nya yang penuh salah dan dosa ini apakah mau mendatangi ampunan-Nya dan memasuki syurga-Nya ataukah tetap keras kepala dan bergelimang dosa.
Sahabat Saling Sapa yang dirahmati Allah SWT,
Terdapat 6 rukun taubat yang dinasihatkan oleh ulama. Pertama, adalah rasa penyesalan yang sungguh-sungguh. Kedua, yaitu janji untuk tidak mengulangi kembali dan meninggalkan perbuatan dosa yang lalu. Ketiga, yaitu berkomitmen menjaga pergaulan dan berkumpul bersama shalihiin, orang-orang yang shalih. Keempat, yaitu merasakan celupan nikmatnya ibadah melebihi kesenangan dalam melakukan dosa yang telah lalu. Kelima, yaitu bertaubat karena keinginan dan dorongan dari dalam diri bukan atas paksaan dan yang terakhir yaitu menyegerakan untuk bertaubat. Manusia tidak pernah tau kapan ajalnya menjemput. Ust. Abi Makki

No comments:

Post a Comment