Histats

Saturday 20 September 2014

JAWABAN BUYA YAHYA TENTANG FENOMENA HARKAH / ORMAS DAN MANHAJ DALAM ISLAM

1.      Apa tanggapan Buya melihat fenomena perbedaan harakah/ormas dan mazhab di Indonesia pasca orde baru dan reformasi?

Jawab:
Perbedaan ormas, harokah dan madzhab seharusnya di maknai sebagai perbedaan wadah untukmenghimpun para pejuang-pejuang Islam seperti adanya bermacam-macam lembaga pendidikan agama dan pesantren. Jika yang di perjuangkan benar-benar Islam tanpa dicampuri kepentingan pribadi atau ormas dan pesantren maka perlahan pergerakan dan perjuangan tidak akan merugikan kaum muslimin. Biarpun pesantren jika yang dikedepankan kepentingan sang kiai dan keluarganya maka perjuangannyapun akan berubah menjadi perjuangan bukan untuk Islam. Disinilah awal permasalahan hingga muncul kedengkian, persaingan yang tidak sehat dan saling menjatuhkan. Begitu juga kisahnya tentang ormas dan harokah .

2.      Menurut Buya perkembangannya  makin bagus atau menurun? Bisa dijelaskan?

Jawab;
Di era reformasi ini bersama diumbarnya demokrasi maka semakin rancuh perjuangan ormas dan harokah. Sementara yang harus kita kedepankan adalah syuro. Contoh pemilihan bupati atau wakil rakyat. Bagaimana peran ormas? Siapa calon-calon yang didukung oleh ormas? Apakah dengan kriteria orang-orang yang bakal mampu memimpin atau hanya sekedar yang punya uang yang bakal bisa memberi rupiah ke ormas tersebut? Kami tidak bicara partai tapi ormas. Memang secara langsung sebagian ormas tidak melakukan dukungan kepada calon pemimpin yang bersangkutan akan tetapi munculnya tokoh-tokoh dari ormas sesaat dengan partai ini, sesaat dengan yang lainnya hanya karena mengejar jabatan ini menandakan fungsi ormas tidak berguna lagi bahkan bisa menjadi tunggangan para calon tersebut.

3.      Bukankah konflik antara pemikiran dan mazhab (sebut saja seperti NU dan Muhammadiyah) tidak sekeras diawal-awal tahun 80-an? Berarti itu pertanda perkembangannya cukup bagus?

Jawab;
Konflik NU-MUHAMMADIYAH seharusnya tidak boleh ada karena keduanya adalah wadah untuk fastabiqul  khoirot seperti yang kami sampaikan. Akan tetapi kenyataannya ada jarak antara keduanya, dan kalau kita amati bukan masalah perjuangannya akan tetapi lebih ke  arah beberapa pemikiran yang berbeda antara kedua ormas lalu tidak disikapi sebagai sesuatu perbedaan tidak boleh saling menghujat. Nah redanya konflik NU-MD sebagai ormas saat ini memang terasa reda. Akan tetapi kita harus cermat, redanya konflik ini bukan karena kedua ormas sudah saling memahami perbedaan yang harus dimaklumi. Akan tetapi karena menajamnya konflik yang dulu ada antara NU-MD diangkat oleh sekelompok yang tidak menggunakan baju ormas lagi.  Dan pertentangan mereka sangat parah dan lebih parah, saling membid'ahkan dan mengkafirkan. Sampai ada di antara mereka tidak mau saling berjabat tangan.

4.      Bagaimana agar perbedaan seperti ini menjadi rahmat? Bagaimana caranya?

Jawab:
Kita harus kembali mencontoh perbedaan yang terjadi pada para Ulama terdahulu

5.      Bagaimana perbedaan seperti inidi kalangan ulama salaf? Bisakah memberi contohnya?

Jawab :
Perbedaan di kalangan para Ulama salaf tidak akan menjadikan mereka bemusuhan, karena mereka menyikapi perbedaan tersebut dengan hati yang rindu kebenaran. Setelah mereka menata hati mereka, baru mereka memasuki langkah yang selanjutnya yaitu mendiskusikan permasalahan mereka tersebut di kalangan mereka sendiri, tanpa melibatkan orang awam atau memprovokasi orang awam untuk menjadi pendukungnya.  Dan permasalahan kita saat ini adalah sebagian Ustadz sempit pandang lalu berperan seperti para Mujtahidin sehingga menemukan sebuah kebenaran dalam masalah khilafiyah lalu mengklaim dirinya yang paling benar kemudian menuduh oran lain dengan tuduhan sesat, bid’ah bahkan syirik. Kemudian lebih dari itu mereka melibatkan orang-orang awam di dalam perbedaan pendapat. Dan akhirnya semakin rancuhlah pemasalahan.

  1. Apakah fenomena perbedaan mazhab di jaman salafus shalih seperti sekeras sekarang ini?

Jawab :
Tadi sudah kami jelaskan, perbedaan di kalangan ulama salaf  saat ini tidak ada kekerasan dalam berbeda  pendapat. Imam Malik berbeda dengan muridnya,  Imam Syafi’i. Imam Syafi’i berbeda dengan muridnya, Imam Ahmad. Dan mereka baik-baik saja bahkan mereka saling mendo’akan di saat mereka berpisah.  Bahkan Imam Ahmad bin Hanbal berbeda dengan gurunya dalam banyak masalah akan tetapi hubungan mereka tetap baik bahkan Imam Ahmad bin Hanbal berkata : “ Semenjak aku kenal dengan guruku Imam Syafii maka aku tidak melaksanakan sholat 2 rokaat kecuali aku mendo’akan beliau.  Lihat, itulah keindahan mereka biarpun berbeda pendapat. Bukan menghujat,menggunjing dan seterusnya.

7.      Bagaimana agar fenomen lahirnya banyak gerakan/ormas/mazhab bisa justru memperkuat umat?

Jawab :
Kembali kepada apa yang kami sampaikan tadi, bahwa di saat perbedaan itu berangkat dari hawa nafsu bukan dari kerinduan untuk mencari kebenaran, kemudian setelah itu dalam menyelesaikan perbedaan pendapat  tersebut bukan dengan mendiskusikan kepada ahlinya, akan tetapi justru dengan memprovokasi orang awam, mengklaim dirinya yang paling benar kemudian setelah itu buru-buru menyesatkan orang yang berbeda di mimbar masjid maka perbedaan akan semakin rancu. Agar perbedaan menjadi bermakna adalah denganmencontoh pendahulu-pendahulu,Ulama kita. Perbedaan adalah saling mengokohkan dan saling melengkapi. Kadang kita menemukan kemudahan di dalam Madzhab Imam Malik yang tidak ada di dalam Madzhab Imam Syafi’i atau sebaliknya, sehingga dengan perbedaan itu akan mempermudah banyak hal di dalam kita menyelesaikan permasalahan-permasalahan. Dan Alhamdulillah semua para Ulama itu kembali kepada Kitabullah dan Sunnah Rosulillah SAW.

8.      Fenomen pasca orde baru semakin banyak kelompok terang-terangan menyebut diri sebagai ahlus sunnah wal jamaah. Bagaimana klaim-klaim itu sebenarnya menurut Buya?

Jawab :
Mengklaim dirinya Ahlusunnah wal jama’ah bukan saja setelah / pasca orde baru. Dari dulu sudah sangat jelas dan sudah biasa kita mendengar istilah Ahlusunnah wal jama’ah. Kemudian muncul di akhir-akhir ini sekelompok  orang yang mengatakan diri mereka adalah Ahlusunnah wal jama’ah kemudian dengan serta merta mengatakan kaum muslimin bahkan mayoritas kaum muslimin di Indonesia yang dahulu memang sudah mengatakan Ahlusunnah wal jama’ah dikatakan bukan Ahlusunnah wal jama’ah.  Ini adalah problem orang zaman sekarang ini. Dan ini adalah benih-benih permusuhan, perpecahan dan itu akan menjadi semakin runcing sehingga perbedaan itu tidak menjadi rahmat lagi.

9.      Saya pernah baca ringkasan buku Syaikh Ahmad Sallam dalam Ma Ana ‘Alaihi wa Ashhhabi. Definisi ahlus sunnah waljamaah itu luas dan mencakup banyak kelompok, kecuali Syiah. Apa pendapat Anda?

Jawab :
Syekh Ahmad Salam berusaha untuk mendefinisikan Ahlusunnah wal jama’ah kemudian setelah itu memilah-milah mana yang bukan Ahlusunnah wal jama’ah. Semoga AllohSWT memberikan pahala kepada beliau karena niat baiknya. Akan tetapi beliau telah melakukan satu kesalahan besar di saat mengeluarkan  beberapa kelompok dan pendekar-pendekar Ahlusunnah waljama’ah dari kelompok Ahlusunnah wal jama’ah. Ini adalah sangat membahayakan persatuan  ummat Islam, yaitu di saat Syeikh Ahmad Salam mengatakan bahwa : Termasuk aliran-aliran yang menyimpang, yang keluar dari Ahlusunnah wal jama’ah adalah Asya’iroh. Bahkanini digolongkan kelompok aqlaniyyin, kelompok yang hanya mengedepankan akal, dan ini dianggap sebagai sesat. Ini adalah ungkapan yang sangat berbahaya dari Syekh Ahmad Salam. Jikaditinjau dari sisi ini maka kitab ini sangat membahayakan. Kalau Asya’iroh itu dianggap sesat, dan Asya’iroh menjerumuskan, maka Ulama-ulama Asya’iroh adalah sesat. Lalu siapa yang akan kita jadikan panutan? Contoh Imam Suyuthi, Imam Nawawi, Imam Ibnu Hajar Al-Asqolani, mereka adalah Ulama-Ulama Asya’iroh. Jika mereka kita anggap sesat bagaimana dengan Kitab Fathul Bari, Riyadus Sholihin, Syarah Sohih Muslim dan yang lain-lainnya? Semoga Alloh mengampuni saya dan mengampuni Syekh Ahmad Salam dan memberikan pahala kepada beliau karena jerih payahnya.

10.  Jadi bagaimana menempatkan definisi itu secara tepat?

Jawab :
Nah untukmenempatkan definisi yang tepat adalah sebenarnya sangat sederhana. Dengan nama judul buku itu saja sebenarnya sudah sangat jelas “Ma Ana ‘Alaihi wa Ashhhabi” . Artinya semua umat Islam yang masih mengagungkan sahabat Nabi SAW  adalah  Ahli sunnah wal jama’ah. Bukan termasuk lebih khusus lagi adalah Asya’iroh. Dan sebetulnya ini adalah perlu sebuah diskusi khusus. Baik, kemudian adapun masalah Syiah yang dibahas tadi memang betul kalau di saat Syekh Ahmad Salam mengeluarkan Syiah dari Ahlusunnahwal jama’ah memang itu sudah jelas. Bahkan memang bukan saja perlu dikeluarkan,memang mereka tidak mau dianggap sebagai Ahlusunnahwal jama’ah. Mereka sesat dan menyesatkan. Bahkan pemikiran-pemikiran mereka membahayakan, bahkan banyak pemikiran-pemikiran mereka yang menjadikan seseorang jika meyakini pemikiran tersebut akan keluar dari Islam.

11.  Ada pendapat yang mengatakan Syiah semakin kuat karena sesama ahlus sunnah wal jamah saling melemahkan. Bagaimana menurut Anda terhadap pernyataan ini?

Jawab :
Betul. Syiah semakin kuat karena Ahlusunnah saling melemahkan. Dan saling melemahkannya itu adalaha karena fatwa-fatwa yang muncul seperti yang dikatakan Syeikh Ahmad Salam.  Dan termasuk fatwa  dan cetusan yang  mengeluarkan Asya’iroh dari Ahlusunnah waljamaah. Sebab mayoritas Ahlusunnah wal jama’ah di Indonesia adalah Asya’iroh. Jadi betul pernyataan itu.

12.  Belakangan ini juga gencar isu wahabi. Apa pendapat Buya?

Jawab :
Masalah isu Wahabi. Wahabi adalah dinisbatkan kepada Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah baru sekali di abad ke 11 Hijriyah. Artinya  beliau adalah orang akhir zaman. Sebelum beliau sudah ada Ahlusunnah wal jamaah. Artinya kalau ingin kembali kepada manhaj Ahlusunnah wal jama’ah dengan kembali kepada para A’immah Madzhab Arba’ah. Yang dilanjutkan setelahnya oleh Imam-Imam besar seperti Imam Ghozali, Imam Nawawi, Ibnu Hajar Al-Asqolani, Imam Suyuthi dan lain-lain. Kita bisa lihat apa aqidah mereka. Jadi  hendaknya kita melanjutkan pemikiran-pemikiran mereka.

13.  Hingga sekarang penggunaan istilah wahabi itu rawan, karena faktanya makna itu menjadi biasa?

Jawab :
Wahabi itu rawan. Betul. Rawan karena apa? Memang dari orang yang mereka itu mengikuti Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab berusaha untuk memurnikan aqidah, memilah mana Ahlusunnah dan mana yang bukan Ahlusunnah. Karena  terlalu berlebihan sehingga Ahlusunnah yang seharusnya menjadi kawan pun akhirnya dijadikan musuh dianggap bid’ah, sesat, bahkan keluar dari Islam. Jadi ini yang harus dicermati.  Wacana dan  kabar baik untuk ummat ini dengan munculnya sebuah media Islami yang mencoba mengklarifikasi permasalahan.

14.  Bagaimana agar penggunaan istilah itu tidak menjadi saling tuduh dan ujungnya timbul konflik?

Jawab :
Sederhana sebetulnya. Agar orang tidak dituduh harus menjelaskan dengan sejelas-jelasnya. Bukan fitnah. Kita bisa duduk bersama. Apa sih permasalahannya? Kenapakita harus mengkafirkan orang tanpa bertanya terlebih dahulu? Kan  bisaduduk bersama. Sekarang yang terjadi : Di musholla ini ada orang membid’ahkan si A, di masjid ini ada orang membid’ahkan si B,  semuanya saling membid’ahkan, salingmenyesatkan. Kenapa tidak duduk bersama dahulu kemudian setelah itu dijelaskan permasalahannya? Setelah itu akan selesai tidak ada masalah. Jadi permasalahan kita adalah  saling tuduh-menuduh dan itu adalah melemahkan ummat islam.

15.  Beberapa kalangan Islam ada yang mempertanyakan soal: 1. Tawasul, 2. Kirim Doa, 3. Tahlil dan Yasin, dengan anggapan bid’ah. Bagaimana pandangan Buya?

Jawab :
Nah ini diantaranya permasalahan-permasalahan yang sebetulnya sangat sederhana dan mudah untuk dicerna dan difahamkan bagi orang yang mau faham. Akan tetapi seolah-olah menjadi permasalahan yang sangat pelik, sangat susah, sehingga setelah merasa susah disusul dengan tuduhan bid’ah sesat, syirik lalu mengklaim dirinya yang paling benar.
a)      Kalau Tawassul itu sangat sederhana. Tawassul ada 2. Tawasul dengan doa dan doa dengan tawasul.
1.      Tawasul dengan doa : Saya datang kepada orang ‘alim untuk mendo’akan saya. Nabi SAW juga pernah minta do’a kepada Sayyidina ‘Umar saat mau haji.
2.       Do’a dengan tawasul, yang maknanya adalah : Meminta kepada Alloh dengan membawa sesuatu yang dimuliakan oleh Alloh, yang diagungkan oleh Alloh, dan ini diajarkan oleh Rosulullah sendiri, seperti hadits riwayat Imam Bukhori : Orang memohon kepada Alloh dengan membawa amal sholeh. Tidak cukup hanya dengan amal sholeh, orang sholeh pun bisa dibawa. Sehingga  kita meminta kepada Alloh dengan membawa orang-orang yang dimuliakan oleh Alloh SWT.  Seperti orang berdo’a membawa  Rosulullah SAW dalam hadits Sayyidina Utsman Ibn Hunaif.

Inilah tawassul yang selama ini dilakukan oleh pelaku-pelakunya. Dan akan menjadi salah itu jika dimaknai beda. Tawassul dikatakan minta kepada mayyit, menyembah mayyit,beribadah kepada mayyit, itu semua adalah fitnah. Hendaknya dalam segala permasalahan kita bertanya kepada yang bersangkutan.

b)     Kirim do’a. Kirim do’a sangat jelas, kita dianjurkan mengirim do’a. Apa yang dipermasalahkan dalam kirim do’a?


c)      Tahlil. Tahlil itu masuk ke dalam pembahasan yang dibahas oleh Ulama terdahulu dengan istilah Ihdauts Tsawab. Menghadiahkan pahala. Ulama sepakat tentang kebolehan Ihdauts Tsawab. Hanya perbedaan diantara mereka  nyampai atau tidak nyampai. Bukan boleh atau tidak boleh. Sebagian mengatakan nyampai, ada juga yang mengatakan tidak nyampai. Dan selesai masalah ini dibahas oleh ulama terdahulu dan mereka tidak saling membid’ahkan.  Untuk menjelaskan permasalahan-permasalahan ini kami siap demi kepentingan umat agar  tidak saling tuduh, agar tidak saling caci, agar tidak saling membid’ahkan. Wallohu a’lambis showab. BUYA YAHYA

No comments:

Post a Comment